Merekatidak ingat atau mungkin tidak paham akan perkataan Yesus sebelumnya, yang telah memberitahukan sebanyaktiga kali kepada para murid-Nya, bahwa setelah sengsara dan wafat-Nya, la akan bangkit. Namun Bunda Maria yang selalu mendengarkan perkataan Yesus dan menyimpannya di dalam hatinya, tahu dan percaya bahwa Kristus akan bangkit.
- Hari ini, Kamis 29/3/2018, seluruh umat Kristen merayakan masa Kamis Putih, jelang perayaan Paskah atau wafatnya Yesus. Mengutip laporan Antara, di Larantuka, sebuah kota kecil yang terletak di bawah kaki Gunung Ile Mandiri yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Flores Timur itu, perayaan Paskah didahului dengan tradisi Prosesi Semana Santa yang dimulai pada Rabu malam, yang dikenal dengan sebutan Rabu Trewa 28 Maret tahun, sekitar satu minggu menjelang perayaan paskah, umat Katolik di Larantuka melaksanakan tradisi Semana Santa, yang telah berlangsung lebih dari lima abad, sejak bangsa Portugis menyebarkan agama Katolik dan berdagang cendana di Kepulauan Nusa Tenggara. Semana Santa berasal dari kata semana pekan dan santa suci, yang artinya pekan suci yang dimulai dari Rabu Abu, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci hingga Perayaan Minggu kini, prosesi Semana Santa telah menjadi agenda tahunan dari pemerintah daerah Flores Timur sebagai wisata rohani dalam menarik wisatawan baik domestik maupun Semana Santa Pada hari terbelenggu trewa, umat Katolik setempat mulai berkumpul di kapel-kapel yang ada untuk berdoa mengenang kisah pengkhianatan Yudas Iskariot terhadap Yesus di Taman akhirnya ditangkap dan kemudian disalibkan oleh para serdadu Romawi. Pada saat Rabu Trewa inilah, kota Reinha Rosari Larantuka berubah menjadi kota berkabung, tenggelam dalam khidmat dan refleksi pada pemurnian jiwa menuju pentas Jumat Agung nan Larantuka sedang berkabung, tenggelam dalam khidmat dan refleksi pada pemurnian jiwa menuju pentas Jumat Agung nan abadi pada 30 Maret Kamis Putih 29/3/2018 sore, kongregasi setempat mulai melakukan upacara Tikam Turo, yakni mempersiapkan rute prosesi dengan menanam lilin di sepanjang ruas jalan yang menjadi rute prosesi Jumat Agung yang jatuh pada 30 Maret 2018. Di Kapel Tuan Ma Bunda Maria, patung Bunda Maria yang telah dimeteraikan dalam sebuah peti mati selama satu tahun penuh, harus dibuka dengan penuh hati-hati oleh petugas Conferia sebuah badan organisasi dalam gereja yang telah diangkat melalui Bunda Maria berkeramat itu, kemudian diambil dan dimandikan oleh petugas yang ditunjuk. Setelah itu, Patung Bunda Maria pelindung Kota Reinha Rosari Larantuka itu kemudian dikenakan pakaian berkabung selembar kain warna hitam atau ungu, atau mantel beludru biru.Pada puncak ritual Sesta Vera atau Jumat Agung itu, pintu kapel Tuan Ma dan Tuan Ana Patung Bunda Maria dan Patung Yesus dibuka untuk umum mulai pukul diawali dengan arak-arakan perahu serta puluhan bahkan ratusan kapal motor untuk mengantar Tuan Menino Patung Yesus dari Kapela Tuan Menino Kota Sau ke Kapela Pohon Sirih di Pante Kuce, depan istana raja ini memberi kesan kuat bahwa pusat ritual itu kepada Yesus Kristus karena mengalami penyiksaan yang panjang sampai wafat di salib yang disaksikan sendiri oleh Maria, ibu kandungnya Mater Dolorosa.Menurut legenda, Patung Tuan Ma ditemukan oleh seorang laki-laki di Pantai Larantuka sekitar 500 tahun yang lampau. Ia kemudian menyerahkan patung tersebut kepada Raja lebih dari empat abad, wilayah ini mewarisi agama Katolik yang cukup kuat di Nusantara lewat peran para misionaris, persaudaraan rasul rakyat biasa Confreria, Suku Semana, Suku Kakang Lewo Pulo serta Suku Pou Lema dalam pertumbuhan agama Katolik di wilayah Larantuka. - Sosial Budaya Reporter Yandri Daniel DamaledoPenulis Yandri Daniel DamaledoEditor Yandri Daniel Damaledo
PerawanMaria Terberkati - Bunda Gereja Paus Fransiskus menetapkan sebuah perayaan baru dalam kalender liturgi Gereja Katolik untuk menghormati Bunda Maria sebagai Bunda Gereja. Perayaan yang dinamai "Peringatan Perawan Maria Terberkati sebagai Bunda Gereja" itu untuk pertama kali dilakukan pada Senin, 21 Mei 2018. Selanjutnya akan berulang-ulang dirayakan pada waktu yang sama, yaitu hari Senin
KITAB SUCI +Deuterokanonika - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju Katekismus Gereja Katolik Partner Link Website Keuskupan, Paroki & Gereja Partner Link Website Katolik & Umum MENGENAL MARIA, SANG BUNDA ALLAH Oleh Hariawan Adji, PENGANTAR Tulisan berjudul Maria Santa Bunda Allah ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai diri Maria dan perannya dalam karya keselamatan Allah, sebagaimana diketahui bahwa devosi kepada Maria yang tumbuh dan berkembang dengan pesat dalam masyarakat Indonesia , khususnya di Jawa seringkali tidak dipahami dan ditempatkan secara tepat oleh umat beriman. Diharapkan dengan membaca tulisan ini umat beriman dapat menyadari peran Maria dalam karya keselamatan sehingga mereka dapat berdevosi secara benar. Tulisan ini terdiri dari empat bagian utama, yaitu Pendahuluan yang berisikan tentang keadaan pemahaman umat Katolik tentang Maria. Bagian kedua adalah Kesaksian Alkitabiah tentang Kebundaan Maria, yang berisikan ulasan kisah Maria sebagai bunda Yesus dalam Injil. Bagian ketiga berjudul Tradisi Gerejawi Ajaran tentang Kebundaan Maria, yang berisi ulasan mengenai ajaran-ajaran resmi Gereja tentang Maria sebagai Bunda Allah1 . Selanjutnya adalah bagian Pemahaman Ulang Makna Kebundaan Maria, yang berisi tentang hasil analisis mengenai makna kebundaan Maria berdasarkan kisah Injil dan ajaran Gereja. Bagian kelima adalah bagian Refleksi Peran Maria Dlam Hdup Umat dan bagian yang terakhir adalah Penutup. Tulisan yang berjudul Maria Santa Bunda Allah ditujukan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai diri Maria dan perannya dalam karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus. Diharapkan dengan gambaran yang jelas ini, umat beriman akan dapat mengimani Yesus dan Maria secara tepat. BAB I PENDAHULUAN Umat Katolik Indonesia dikenal sangat devosional. Sasaran devosional umat Katolik Indonesia cukup beragam, namun yang utama dan seringkali dipilih adalah Ada bermacam-macam bentuk devosi kepada Maria, baik yang berbentuk doa-doa, antara lain Rosario, Litani Maria, Novena Tiga Kali Salam Maria, Tujuh Duka Maria dan Iain-lain, maupun melalui kelompok-kelompok tertentu, misalnya Legio Maria, Gerakan Imam Maria Senakel, ataupun ziarah, dan Iain-lain. Umat beriman, seringkali lupa bahwa dalam berdevosi kepada Maria, mereka tidak boleh lepas dari Yesus Kristus. Mereka seringkali beranggapan bahwa Maria adalah pengantara mereka kepada Allah, bahkan menganggap Maria sebagai sasaran doa mereka. Hal ini tampak dalam ungkapan-ungkapan doa yang mereka sampaikan secara spontan dalam doa-doa bersama. Sesuatu yang salah kaprah karena Maria bukanlah Allah yang menyelenggarakan dunia Maria adalah Bunda Allah tetapi bukanlah Allah; ia adalah manusia Ini seringkali disalah-mengerti oleh umat. Maria juga bukanlah pengantara kepada Allah, karena Yesus Kristuslah adalah satu-satunya Pengantara Allah dan Memang Maria sering diberi berbagai macam gelar yang seolah-olah memposisikan ia sebagai pengganti Kristus sebagai Pengantara satu-satunya. Gelar-gelar tersebut adalah Advocata Pengacara yang pertama kali digunakan oleh Ireneus dari Lyon 130-202, Auxiliarix Pembantu dan Auxiliarix Penolong yang kerap digunakan di Gereja Timur, dan Mediatrix Pengantara, suatu gelar yang relatif baru yang dipromosikan oleh Kardinal Marcer, Belgia 1928. 6 Gelar-gelar ini harus dipahami sedemikian rupa agar tidak merelatifkan peran Yesus sebagai satu-satunya Pengantara. Maria adalah pengantara dalam dan oleh Pengantara Yesus Kristus. Kepengantaraan Maria bukan antara Kristus dan manusia, dan bukan antara Allah dan manusia, seakan-akan ada dua Pengantara yaitu Yesus dan Maria, melainkan di dalam Kristus di antara Allah dan Manusia. Pengantaraan Maria tidak dapat berdiri sendiri dan lepas dari Puteranya, ia adalah pengantara karena ia adalah Bunda Banyak umat Katolik Jawa memandang figur Maria seperti seorang dewi, khususnya dewi Sri yang dihormati dalam tradisi Jawa. Hal ini tampak sekali dalam lagu-lagu yang diciptakan untuk menghormati Maria yang memandang Maria sebagai sosok yang memiliki kuasa Maria dalam konsep Katolik tidak sama dengan dewi Sri dalam konsep animisme-dinamisme Jawa. Maria bukanlah sosok pribadi yang ilahi dari dirinya sendiri. Inilah perbedaannya dengan dewi Sri dalam konsep Jawa yang adalah seorang dewi yang dari semula turun dari khayangan ke bumi dan kembali lagi ke khayangan setelah kematiannya di dunia. Pencampur-adukan konsep Katolik dan konsep animisme dinamisme Jawa dalam penghormatan kepada Maria tampak pula pada pola ziarah yang kerap dilakukan oleh umat beriman yang memandang suatu tempat bersifat keramat karena di sana bertahta Maria dalam suatu gua. Dalam tempat-tempat ziarah yang demikian, biasanya posisi Maria berada di pusat, sedangkan Yesus malahan menempati posisi di bawahnya. Hal yang sama terjadi juga di kalangan orang Katolik keturunan Tionghoa. Banyak di antara mereka menganggap figur Maria sama dengan figur dewi Kwan Im. Sebagaimana diketahui bahwa dalam agama Kong Hu Cu, dewi Kwan Im sangat dihormati dan dipuja sebagai dewi Welas Asih, yang perannya tidak jauh berbeda dengan peran Maria sebagai Bunda Penuh Kasih. Namun dua sosok perempuan pujaan ini sebenarnya sangat jauh berbeda. Dalam konsep agama Kong Hu Cu, Dewi Kwan Im adalah seorang manusia yang karena kesucian hidupnya akhirnya menjadi seorang dewi. Setelah menjadi seorang dewi, ia menjadi penolong manusia yang berkesusahan, baik manusia yang masih hidup di dunia ini maupun manusia yang telah hidup di alam lain setelah kematiannya. Ia menjadi dewi karena usaha kerasnya menjalani hidup suci di dunia Sebaliknya dalam pandangan Katolik, Maria menjadi bunda Allah bukan karena dirinya sendiri. Maria memang hidup suci, namun bukan itu yang membuat ia menjadi Bunda Allah, melainkan karena Puteranya yang adalah Allah sendiri. Maria menjadi Bunda Allah, bukan karena dirinya sendiri tetapi karena hubungannya dengan Sang Dari gambaran dua praktek penghormatan kepada Maria di atas dapat disimpulkan bahwa penghormatan terhadap Maria cenderung mengambil bentuk yang tidak sesuai11 dengan pandangan para Bapa Konsili Vatikan Dalam bentuk ini, Maria seolah-olah dipisahkan dari orang Dia menjadi semacam ' dewi' yang tidak dari dunia lagi. Seluruh hidup Maria seolah-olah satu rentetan mukjijat saja dan tugas Maria di surga sekarang adalah membagikan rahmat-rahmat yang pernah dikumpulkan oleh Puteranya dengan wafat dan kebangkitanNya. Maria seakan-akan adalah seorang dewi yang mandiri, yang dari kekuasaannya sendiri membagikan rahmat yang telah dikumpulkannya. Bentuk devosi yang demikian tidaklah tepat dan dapat mengaburkan makna devosi kepada Maria. Devosi kepada Maria baru mempunyai arti apabila diarahkan kepada Kenyataan yang demikian tentu tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena akan mengarah kepada pengkultusan Maria sebagai pribadi yang ilahi, menggantikan Puteranya, yang tentunya akan mengarah pula pada ajaran sesat. Semua kenyataan ini sebenarnya berawal dari ketidakpahaman umat beriman akan Maria sebenarnya dan bagaimana posisinya dalam karya keselamatan Allah yang diyakini oleh Gereja Katolik. Mereka perlu mendapat bimbingan agar dengan demikian mereka dapat memposisikan devosi kepada Maria secara tepat. BAB II KESAKSIAN ALKITABIAH TENTANG KEBUNDAAN MARIA Maria memang tidak banyak ditampilkan dalam Kitab Suci. Beberapa ekseget Katolik mengatakan bahwa sebenamya sosok Maria telah ditampilkan dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama, misalnya dalam kisah pengusiran Adam dan Hawa dari taman Firdaus dimana Allah mengatakan akan mengadakan permusuhan antara ular dan perempuan, juga tentang Puteri Sion yang berbahagia dan lain-lain. Namun nubuat-nubuat tersebut tidak menampilkan sosok Maria sebagai seorang bunda, oleh sebab itu kesaksian akitabiah tersebut tidak dibahas dalam bagian ini. Selain itu beberapa ekseget Katolik juga mengatakan bahwa sosok Maria juga tampil dalam kitab Wahyu, namun sekali lagi dalam kitab tersebut sosok Maria tidak ditampilkan sebagai seorang bunda, dan oleh sebab itu kesaksian alkitabiah ini juga tidak menjadi pembahasan dalam bagian ini. Adapun yang menjadi pembahasan dalam bagian ini adalah kisah Maria dalam keempat Injil, karena dalam Injil-injil tersebut Maria ditampilkan sebagai bunda Yesus Maria, bunda yang dilahirkan sebagai perempuan Mat 11-17, Luk 323-38 Matius dan Lukas membuka Injil mereka dengan dafitar nama-nama yang disebut pohon keluarga. Lukas menuliskan pohon keluarga ini secara urut ke atas, sedangkan Matius menuliskannya secara urut ke bawah. Meskipun sifatnya yang monoton dan kering, pohon keluarga ini memiliki makna yang luas dan penting. Pohon keluarga ini menunjukkan bahwa Allah bukanlah suatu kekuatan alam ataupun suatu tata kosmis, melainkan Allah yang personal, meskipun tanpa nama, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. la adalah Bapa Tuhan Yesus Kristus. Dalam Matius, nama Maria diletakkan pada akhir pohon keluarga. Di antara orang Yahudi, pohon keluarga, biasanya hanya memuat nama-nama laki-laki, tapi dalam pohon keluarga Yesus, muncul nama perempuan, Maria. Maria di sini muncul sebagai referensi pada Yesus Kristus. Karena pada akhir dan puncak daftar tersebut adalah Yesus Kristus dan karena Kristus tidak dikandung tanpa Maria, maka Matius memasukkan nama Maria dalam daftarnya, Dengan cara ini keterlibatan Maria dalam Petjanjian Baru mulai pada akhir daftar pohon keluarga. Maria dalam daftar pohon keluarga tersebut berada di titik temu antara kemanusiaan dan Allah. Putera Allah menerima kodrat kemanusiaanNya dari Maria dan masuk ke dunia manusia melalui dia. Dengan demikian, Maria adalah perwakilan dari generasi-generasi sebelum dirinya dan pada saat yang sama ia adalah pintu masuk bagi generasi-generasi sesudahnya yang diselamatkan. Maria, bunda yang menerima kabar dari malaikat Tuhan Luk 126-38 Saat hidup Maria yang paling agung adalah ketika Malaikat Gabriel memberi salam kepadanya 'Salam, hai engkau yang penuh rahmat' dan meminta kepadanya untuk menjadi Bunda Allah, Maria tidak menginginkan gelar yang lain kecuali 'Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanMu itu!'. Berbeda dengan Hawa yang telah mengejar kekuasaan dan berkehendak merebut kebebasan mutlak dari Allah, dimana ia menjadi tidak taat dan mencelakakan seluruh umat manusia, Maria tidak menginginkan apa-apa di hadapan Allah, kecuali menjadi hamba yang rendah dan kecil. Itulah sebabnya Allah memandang dia. Maria tahu dirinya hanyalah makhluk, dan dengan demikian bergantung dalam segala hal pada Tuhan, dan ia berbahagia atas keadaannya itu. Maka ia selalu siap sedia untuk melaksanakan semua kehendakNya, bahkan kehendakNya yang paling kecil sekalipun. Dengan penuh perhatian ia mencari tanda-tanda yang paling kecilpun mengenai apa yang menjadi perkenan Allah dan selalu siap sedia patuh kepada perintah-perintahNya. Allah meluhurkan Maria dengan minta persetujuannya - bukan perihal suatu peristiwa yang teramat sederhana - namun sangat penting dan berpengaruh bagi dunia. Dan Maria menjawab dengan terbuka dan terus terang, dengan bertanya17 dan tidak ragu-ragu menyatakan Hanya tatkala ia sudah merasa puas karena telah mengerti apa yang diminta daripadanya, diberikannyalah persetujuannya akan apa yang diajukan oleh Allah. Ia bebas dan bertanggung jawab dalam pembicaraan dengan Allah. Dan dalam hal ini, ia memberikan teladan bagi semua orang Kristen di segala zaman. Maria, bunda yang mengunjungi Elisabet saudarinya Luk 139-45 Setelah perawan Maria bersedia menjadi bunda Yesus dan mengandung dari Roh Kudus, ia berkunjung ke rumah Elisabet, sanaknya, yang tinggal di sebuah kota di pegunungan Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Mendengar salam itu, Elisabet penuh dengan Roh Kudus lalu berseru dengan suara nyaring Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia yang telah percaya sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana.'19 Mendengar pujian itu, Maria sama sekali tidak memprotes, seperti halnya ketika Malaikat Gabriel menghadap dan menyalami 'Salam Maria penuh rahmat'20 . Hati Maria yang rendah hati tidak menolak kebenaran itu, ia tidak mencegah pujian itu, tetapi mengembalikannya kepada Allah segala sesuatu yang menjadi milik Allah dengan bermadah Magnificat21 Dalam madah itu Maria mensyukuri perbuatan-perbuatan baik Allah terhadapnya. Madah itu tidak hanya merupakan puji syukur pribadi namun merupakan pujian semesta. Maria memuliakan kemenangan-kemenangan Allah. Maria senantiasa lekat mendengarkan Allah yang bersabda kepadanya dalam Kitab Suci dan . dengan tanda-tanda yang diberikan kepadanya dalam hidupnya, tanda-tanda kehadiranNya dan kasihNya. Maria juga lekat mendengarkan bisikan batin, cara yang terkadang digunakan oleh Allah untuk menyatakan diri di dalam lubuk jiwa guna menyampaikan rencana-rencanaNya. Dan sejak saat Sabda Abadi Bapa menjadi daging dalam dirinya, Roh Maria lebih terpikat lagi kepada segala sesuatu yang dapat merupakan petunjuk hadirnya yang adikorati baginya, itulah sebabnya, perawan Maria bijak lestari itu selalu merenungkan dalam hatinya semua peristiwa dalam hidupnya baik ketika ia belum melahirkan sang Putera ke dunia, maupun pengalamannya bersama Sang Putera. Maria, bunda yang melahirkan Yesus di kandang Bethlehem Luk 21-20, Mat 118-25 Maria melahirkan Puteranya di sebuah kandang dan membaringkannya di dalam palungan22 karena tidak ada lagi tempat bagi mereka di rumah penginapan. la adalah bunda jasmani dari Yesus karena dari jasmaninya telah lahirlah seorang manusia Yesus. Dengan melahirkan kemanusiaan Kristus, Maria menjadi bunda seluruh Pribadi Yesus dan tidak hanya bunda dari dagingNya saja. Kepada Putra Allah yang kekal, perawan Maria dapat berkata dengan sepenuh hati, 'Anakku, Engkau! Engkau telah kuperanakkan pada hari ini."23 Kebundaan Maria tidak hanya terbatas pada kebundaan menurut daging. Untuk itulah Maria telah dipanggil oleh Allah dan ia dapat saja menerima atau menolak tawaran itu secara sebebas-bebasnya. Perawan Maria memberikan 'fiat'nya, persetujuannya, kesediaannya untuk mengikuti rencana Allah; kebundaannya sepenuhnya disepakatinya; ia mau untuk sepenuh-penuhnya bertanggungjawab. Ia tidak hanya mempersembahkan kepada Allah, tubuh yang teramat murni untuk membentuk tubuh Adam Baru; akan tetapi, berdasarkan pengetahuannya yang diperolehnya dari Kitab Suci, ia telah menyambut tanggung jawab untuk mengandung dan melahirkan Raja, ahli waris tahta Daud, Putera Allah sendiri, dan juga Hamba yang menderita' yang akan menjadi Penebus orang banyak. Kebundaan ilahi Maria, yang bukan dari darah atau keinginan laki-laki, tetapi dari Allah sendiri, tentulah juga merupakan kebundaan Rohani. Maria, bunda yang mengungsi ke Mesir bersama Puteranya dan Yosep Mat 213-23 Herodes, karena takut akan kehilangan tahtanya oleh Raja yang Baru, segera memerintahkan pasukannya untuk mencari bayi Yesus dan membunuhNya. Sekali lagi Maria dan Yosep mengadakan perjalanan jauh. Jika dalam perjalanan sebelumnya bayi Yesus masih ada dalam kandungannya, sekarang ini bayi Yesus ada di atas pangkuannya dan dalam pelukannya. Maria dan Puteranya serta suaminya tinggal di negeri asing selama beberapa waktu sampai Herodes Setelah itu mereka semua menempuh perjalanan jauh lagi kembali ke Nazaret di mana Maria dan Yosep mengasuh Yesus sampai Ia menjadi besar. Semua perjalanan-perjalanan yang melelahkan itu Maria dan Yosep lakukan demi keselamatan Puteranya, demi cinta mereka kepadaNya. Maria menghayati pengungsian, perjalanan ziarah Abraham, Ishak, Yakub dan bapa bangsa Yosep; ia merasakan terlebih dahulu sejarah perjalanan ziarah Gereja di Maria, bunda yang diramal oleh Simeon Luk 221-38 Hati seorang bunda pastilah akan kecut mendengar nubuat Simeon tentang Sang Putera 'Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang',26 dan tentang dirinya sendiri 'dan suatu pedang kesedihan akan menembus jiwamu sendiri'.27 Maria pasti tidak asing dengan Kitab Suci, ia pasti mengetahui segala yang dinubuatkan oleh Yesaya tentang derita 'Hamba Tuhan'.28 Tiap kali kepedihan hati datang menyerangnya, ia akan bertanya, 'Inikah saat pedang yang dinubuatkan oleh Simeon?'. Tak seorang pun yang luput dari rasa kuatir dan takut di dunia ini dan Yesus tidak mengecualikan bundaNya. Yesus dengan demikian membuat bundaNya penuh pemahaman dan penyambutan terhadap semua orang yang hatinya gentar dan kemudian menumpahkan segala pedih perih hidup mereka di dunia kepada jiwa sang bunda yang senantiasa terancam pedang dan berdekatan dengan dia, dapat menemukan kembali ketenangan jiwa yang tabah dan kedamaian anak-anak Allah. Maria, bunda yang hidup bersama Yesus dan Yosep Luk 239-40,51 Maria setia melaksanakan tugas sehari-hari. Kita tidak melihat adanya mukjizat dalam hidup Maria di bumi ini. Satu pun tidak. Ia tidak berbeda dengan wanita-wanita yang lain; pekerjaannya, kegembiraannya dan keprihatinannya dalam hidup sehari-hari sama saja dengan pekerjaan, kegembiraan dan keprihatinan bunda-bunda lain, yakni menjadi bunda rumah tangga yang baik, yang memelihara serta melayani anggota-anggota keluarganya. Pekerjaan-pekerjaan Maria itu biasa dan tidak membuatnya menonjol. Akan tetapi, semua itu dilakukan demi kebahagiaan Keluarga Kudus. Kesucian Bunda Maria mengajarkan perihal kesucian yang sejati, kesucian yang tampaknya tidak istimewa tetapi sesungguhnya merupakan kesucian yang heroik karena besarnya cinta kasih yang dituntutnya. Maria, bunda yang mencari Puteranya di Bait Allah Luk 241-52 Pada suatu perayaan Paskah ketika Yesus berusia duabelas tahun, Maria bersama Yesus dan Yosep pergi berziarah ke Yerusalem, sebagaimana biasa mereka lakukan setiap tahunnya. Dalam perjalanan pulang, setelah beberapa hari berjalan, Maria dan Yosep baru menyadari bahwa Yesus tidak bersama mereka. Setelah mereka mencari-cari Ia di antara sanak keluarga dan tidak menemukannya, mereka memutuskan kembali ke Yerusalem. Maria begitu cemas kehilangan Puteranya dan ketika ia menjumpaiNya di Bait Suci, ia berkata kepadaNya,29 'Nak, mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.'30 Yesus menjawabnya, 'Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?'31 Meski Maria tidak mengerti apa maksud jawaban Yesus, ia diam dan menyimpan semuanya dalam Maria adalah ibu yang terbuka, yang mengungkapkan dan mengkomunikasikan perasaan hatinya kepada Puteranya. Ia tidak marah kepada Puteranya, namun hanya mencari kejelasan. Maria, bunda yang hadir dalam pesta di Kana Yoh 21-11 Maria hadir di pesta perkawinan di Kana. Hamba Tuhan adalah juga hamba manusia. Di tengah-tengah pesta, temyata anggur habis. Barangkali ada orang yang melihat hal itu dan dalam hati mereka menyalahkan tuan rumah. Maria sebagai bunda rumah tangga yang penuh perhatian, membayangkan betapa malunya si empunya rumah dan betapa sedihnya mempelai berdua apabila mengetahui keadaan itu. Maria hendak menolong - walaupun tanpa mereka minta - maka ia menemui Yesus dan menyampaikan masalah itu kepadaNya 'Mereka kehabisan anggur'. Pernyataan itu hanyalah pemberitahuan, Maria hendak menarik perhatian PuteraNya akan keadaan itu. Pernyataannya itu bukanlah permintaan; hanyalah suatu sentuhan halus, tetapi juga suatu doa sebab Maria percaya akan kuasa kebaikan Puteranya. Akan tetapi, Yesus seperti tidak ambil pusing. Ia tidak menolak, tetapi juga menganggap bahwa turun tangan Bunda Perawan belum tepat saatnya 'Mau apakah engkau dari padaku, Bunda?, saatKu belum tiba.' Tidak ada percakapan lebih lanjut antara Putera dan Bunda. Tetapi wajarkah ada penundaan jika bunda meminta? Apalagi, adakah saat khusus untuk pernyataan kasih yang tak terbatas? Itulah sebabnya, Maria33 menemui para pelayan dan berkata, 'Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!' Dan airpun menjadi anggur. Demikian jasa Maria berkat doanya Sang Penyelamat mengerjakan 'pertanda' pertama. Maria, yang bersama saudara-saudara Yesus mencariNya Mrk 331-35; Mat 1246-50; Luk 819-21 Kisah ini sering kali digunakan untuk menggambarkan Maria secara negatif. Apalagi dalam Mrk 320-21 dikatakan bahwa kaum keluarga Yesus menganggap Yesus tidak waras. Bahkan dalam Mrk 331-35, Maria ditampilkan seolah-olah ia tidak termasuk dalam keluarga baru Yesus yang didasarkan pada iman. Ini tidak berarti bahwa Maria dikucilkan dari keluarga Yesus yang baru itu, ini terbukti pada saat setelah kenaikan Yesus ke surga, Maria berada bersama-sama saudara-saudara Yesus dan para rasul, berkumpul bersama dan bertekun dengan sehati dalam doa Pendapat lain mengatakan bahwa teks ini tidak bermaksud mendiskreditkan Maria dan saudara-saudaraNya, karena tema utama perikop ini bukanlah tentang kebundaan Maria tetapi tentang pemuridan. Dalam kisah itu Yesus ingin mengajarkan kepada para muridnya bahwa yang terpenting untuk menjadi keluarga Kristus adalah bukan status hubungan darah tetapi Dengan perkataannya ini Yesus menyatakan bahwa semua orang dapat saja menjadi anggota keluargaNya, menjadi anak-anak dari Sang Allah Bapa. Maria, bunda yang dipuji bahagia Luk 1127-28 Seorang perempuan berteriak dari antara orang banyak Berbahagialah ia yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau'. Ungkapan tersebut jelas menunjuk kepada Maria, sebagai bunda Yesus. Namun Yesus tidak menjawab 'Ya' melainkan berkata 'Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya'. Ungkapan Yesus ini bukan mau mengatakan bahwa Maria tidak layak disebut bahagia, melainkan hendak mengatakan bahwa Maria, bukan hanya seorang bunda jasmani bagi Yesus, tetapi juga salah seorang pengikutNya. Maria layak disebut bahagia bukan hanya karena ia adalah bunda kandung Yesus tetapi terlebih karena ia mengikuti Dia. Menurut para Bapa Gereja kebundaan rohani Maria - kerelaannya menyambut Kristus Penyelamat dalam jiwanya dengan iman - lebih penting daripada kebundaan jasmani Maria, bunda yang berdiri di kaki salib Yesus Yoh 1925-27 Maria hadir saat Yesus tergantung di atas salib. Ia berdiri di samping murid yang dikasihi oleh Puteranya. Maria hadir pada puncak penderitaan Yesus. Ia tidak meninggalkan Puteranya yang ditinggalkan oleh banyak pengikutNya. Maria menjadi Bunda yang hadir pada awal dan akhir kehidupan Yesus di dunia. Pada saat yang penting dalam hidupNya itu, Yesus menyerahkan bundaNya kepada murid yang dikasihiNya. Dalam tradisi Katolik, hal ini diartikan Yesus yang memberikan bundaNya sebagai bunda rohani bagi murid-muridNya. Tidak dapat disangsikan tindakan ini merupakan pernyataan keprihatinan khusus dari Sang Putera bagi bundaNya, yang ditinggalkanNya dalam derita yang amat besar. Namun 'Warisan' Yesus yang diberikan dari atas salib ini membuka lebih banyak arti daripada keprihatinan tersebut. Dapat dikatakan bahwa kebundaan Maria terhadap manusia, yang sudah mulai muncul secara samar, kini dengan terang digambarkan dan ditentukan. Kebundaan itu bersumber pada akhir misteri Paska Sang Penyelamat. Maria, yang berada langsung dalam suasana yang melingkupi semua orang, diberikan kepada manusia sebagai bunda bagi setiap orang dan semua orang. BAB III TRADISI GEREJAWI AJARAN GEREJA TENTANG MARIA 38 Dasar dari ajaran Maria Bunda Allah adalah kenyataan bahwa Yesus Kristus adalah Allah Manusia; siapa diri Maria, Sang Bunda Allah tidak dapat dipisahkan dari keAllah-Manusiaan Yesus. Ini berarti untuk memahami siapa diri Maria, Sang Bunda Allah, diperlukan pemahaman yang kuat akan ajaran tentang Yesus Kristus. Oleh sebab itu pembahasan dalam bagian ini diawali dengan pembahasan mengenai ajaran tentang Yesus Kristus dan kemudian berlanjut kepada pembahasan mengenai ajaran tentang Maria. Ajaran tentang Kristus sebagai Dasar Ajaran tentang Maria 'Allah begitu mencintai manusia, sehingga la menyerahkan Putera TunggalNya.' 39 Inti dari pemyataan iman ini adalah pengutusan Putera Allah untuk mengambil bagian dalam sejarah manusia. 'Ketika tiba waktunya, Allah mengutus PuteraNya dilahirkan oleh seorang perempuan'40 demikian kata Paulus. Penjelmaan ini merupakan dasar kekristenan. Sabda yang dari semula bersama Allah dan adalah Allah menjelma menjadi Mulai saat penjelmaan itulah orang yang sebelumnya tidak dapat melihat Allah dapat melihat Allah melalui Putera TunggalNya. Penjelmaan adalah misteri Pribadi Kedua dari Tritunggal Mahakudus, misteri Yesus Kristus sebagai Allah dan manusia, misteri keberadaannya sebagai Allah Manusia. Pengertian 'penjelmaan' menunjuk pada bagaimana Sabda menjadi manusia; dan oleh sebab itu berarti suatu karya di mana Allah mengambil kodrat manusia dalam rahim seorang perempuan, mengangkatnya dan menyatukannya dengan Pribadi ilahi yang kedua. Dalam penjelmaan tersebut dua kodrat yang sangat berbeda, kodrat Allah dan kodrat manusia, Sebagai Putera Allah yang menjadi daging dari daging Maria,43 Yesus Kristus merupakan hasil perpaduan personal dari dua kodrat yang berbeda ini. Perpaduan antara kodrat ilahi dan kodrat insani ini disebut persatuan hipostasis, yang artinya menyatu tetapi tidak bercampur. Yesus Kristus adalah baik Allah dan manusia yang bersatu. Sebagai Allah, la sehakekat dengan Bapa sebelum adanya waktu dan sebagai manusia yang dilahirkan dalam waktu dan sehakekat dengan ibunya. la adalah Allah yang sejati dan juga seorang manusia yang sejati, dengan jiwa yang lasional dan daging la setara dengan Bapa dalam keilahianNya tetapi la lebih rendah daripada Bapa dalam Meskipun la adalah Allah dan manusia, la bukanlah dua tetapi satu. la adalah satu, bukan karena keilahianNya diubah menjadi daging, tetapi karena kemanusiaanNya diilahikan. la adalah satu, bukan karena percampuran antara yang ilahi dan yang manusiawi, tetapi karena la adalah satu Kristus adalah manusia sejati, ia satu ras dengan Adam. la memiliki kodrat kemanusiaan yang lengkap dan nyata, termasuk memiliki tubuh yang nyata sebagaimana manusia pada umumnya. Kodrat kemanusiaanNya lengkap dengan segala potensi dari indera dan sistem tubuh. Selain itu juga Ia memiliki pikiran spiritual dan kehendak manusiawi. Ia dilahirkan sebagai seorang manusia sejati dari seorang ibu manusia. Kodrat kemanusiaan yang lengkap dan sempurna ini bukanlah pribadi yang berbeda dari Pribadi ilahi sebagai Sang Sabda. Kodrat kemanusiaan Yesus adalah kodrat manusiawi dari Pribadi ilahi. Perpaduan ini juga bukanlah percampuran dua kodrat dan bukan pula setengah manusia setengah Allah; melainkan suatu perpaduan yang tidak terpikirkan oleh manusia. Kodrat itu bukanlah suatu pribadi. Sang Sabda mengangkat kodrat manusia, kodrat yang sama dengan kodrat manusia pada umumnya. Pengangkatan kodrat manusia oleh Sang Sabda ini tidak mengakibatkan perubahan pada Sang Sabda. Oleh sebab itu kodrat kemanusiaan Yesus dimiliki dan menjadi milik Pribadi Sang Sabda. Tidak ada perubahan dalam kodrat yang diangkatNya karena kodrat tersebut ada dalam Pribadi Sang Sabda dan bukannya berada dalam kodrat Kekristenan merupakan kabar baik karena didasarkan pada kenyataan historis bahwa Allah mengutus PuteraNya untuk bersatu dengan manusia. Dengan mengambil hakekat yang bukan diriNya dan tanpa kehilangan hakekatNya, suatu keajaiban terjadi di dunia, yaitu Allah Keajaiban ini berarti bahwa Putera Allah yang abadi sekarang menampakkan kemuliaan Allah di hadapan manusia. Dalam Putera yang menjadi daging, manusia melihat Allah yang tidak tampak dan mengalami kasih Allah yang tidak pernah dilihatnya. Para Bapa Gereja Yunani menyebut hal ini sebagai 'perkawinan' Allah dan manusia. Sebagaimana pasangan pengantin, mereka tidak lagi dua melainkan satu daging. Dengan demikian dalam diri Yesus ada misteri 'perkawinan' sempurna antara Allah dan manusia dalam satu pribadi Putera Allah. Perpaduan ini begitu nyata sehingga Yesus memberitahu Filipus yang berharap melihat Bapa Yesus, 'Dengan melihat Aku, engkau melihat Bapa'.49 Dari Ajaran tentang Kristus Menuju ke Ajaran tentang Maria Gereja para rasul dan para martir awali menghayati kepenuhan Kristus ini. 'Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan' demikian kata Pada masa itu mereka tidak perlu mendefinisikan kebenaran iman ini dalam bentuk ajaran karena suara para rasul masih menggema dan otoritas mereka menjamin isi iman tersebut. Namun akhimya muncullah bidaah-bidaah. Kebenaran yang pertama kali dipertanyakan adalah tentang komunikasi diri ilahi apakah Kristus adalah Putera Allah yang sesungguhnya sehingga Allah benar-benar memberikan diriNya kepada manusia? Seandainya ya, apakah la benar-benar mengosongkan diriNya dan mengambil kodrat manusia seutuhnya sebagaimana manusia lain kecuali dalam hal dosa, atau perpaduan antara Putera Allah dengan kodrat manusia terjadi secara tidak langsung dan hanya sebagian sifatnya, sehingga Kristus adalah benar-benar Putera Allah Bapa di surga dan bukan Putera seorang perempuan di bumi? Jawaban yang jelas atas tiga pertanyaan ini muncul setelah bidaah-bidaah ini51 mulai menampakkan pengaruhnya di antara umat beriman. Arius menolak keilahian seutuhnya dari Kristus. Konsili ekumenis yang pertama menegaskan bahwa Kristus adalah 'Allah dari Allah, Allah benar dari Allah benar dan satu dengan Bapa'. Kemudian pada abad keempat, bidaah Apollinaris menolak kemanusiaan seutuhnya dari Kristus. Mereka menjelaskan bagaimana Logos menggantikan posisi jiwa manusia dari tubuh yang diambilNya dari Maria. Gereja secara bulat menolak pandangan ini dan menegaskan kembali kemanusiaan sepenuhnya dari Sang Sabda. Bidaah yang ketiga dimunculkan oleh Nestorius yang tidak mau mengakui bahwa Sang Sabda yang abadi telah menyatu secara personal dengan Konsili ekumenis ketiga di Efesus53 menyatakan bahwa Sang Sabda telah menyatukan diriNya secara hypostasis kath'hypostasiti daging yang dijiwai oleh jiwa rasional, menjadi manusia seutuhnya dan disebut Putera Oleh sebab itu para Bapa Gereja tanpa ragu-ragu menyebut Maria, sang Perawan Suci, sebagai Bunda Manfaat dari ajaran ini terutama tampak setelah satu abad dari saat ditetapkannya. Untuk menghormati Kristus dan untuk menjaga kebenaran ajaran inkarnasi, serta untuk menjaga kebenaran iman tentang kemanusiaan Putera Abadi, konsili Efesus menetapkan Santa Perawan Maria sebagai Bunda Allah56 Gelar ini sebenarnya sudah lama ada dalam tradisi Gereja, tetapi kemudian diangkat kembali oleh konsili. Gelar ini ditetapkan untuk menjaga kebenaran iman akan Yesus Kristus. Gelar tersebut menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah; gelar tersebut juga menampakkan bahwa Yesus adalah Manusia, karena Maria adalah manusia. Gelar tersebut juga menunjukkan perpaduan antara dua realitas yang berbeda, realitas ilahi dan realitas manusiawi, yaitu Allah dan manusia. Sebagaimana Maria ketika hidup di dunia ini memelihara dan menjaga secara personal Putera ilahinya, dengan menyandang gelar 'Bunda Allah' ini ia menjadi penjaga kebenaran akan hakekat Puteranya. Pada saat bidaah-bidaah menyatakan bahwa Puteranya bukanlah Allah atau bukan manusia yang sesungguhnya, atau dalam kasus Nestorius, bahwa Ia tidak sungguh-sungguh menyatu dengan kemanusiaan, Gereja memproklamirkan bahwa Maria adalah Bunda Allah57 Gelar ini dapat menumpas semua bidaah-bidaah yang mempersoalkan kodrat Yesus Kristus. Dalam upaya menolak bidaah-bidaah tersebut, Gereja tidak hanya mengakui dan memperdalam kebenaran akan Kristus, tetapi juga memuliakan bundaNya. Dalam menjawab bidaah-bidaah yang merendahkan Sang Putera, Gereja menghormati bundaNya. Gereja melihat bahwa gambaran akan kebundaan ilahi Maria adalah implikasi nyata dari iman Gereja akan Kristus dan bahwa kebundaan ilahi ini mencerminkan iman akan Kristus. Iman kepada Allah tidak dapat dinyatakan tanpa iman akan Maria sebagai Bunda Allah. Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa kemuliaan Maria bukanlah bagi dirinya sendiri, tetapi bagi Putera ilahinya dan GerejaNya. Oleh sebab itu pada saat pengesahan ajaran Maria Diangkat ke Surga, pada tahun 1950, Paus Pius XII menyatakan 'Keuntungan besar bagi kemanusiaan dari pengesahan ini adalah bahwa Maria akan membawa umat kepada kemuliaan Tritunggal Mahakudus.' Konsekuensi iman akan Maria sebagai Bunda Alla58 Iman akan Maria sebagai Bunda Allah membawa berbagai konsekuensi penting pada iman. mengenai siapa dan apa peran Maria. Maria sebagai Bunda Allah tentunya tidak sama dengan manusia-manusia yang lain, meski ia secara kodrati adalah manusia. Sebagai Bunda Allah, ia tentunya telah dipersiapkan oleh Allah sendiri. Sebagai Bunda Allah konsekuensi pada diri Maria, adalah Maria, Bunda Perawan Penjelmaan tidak terjadi tanpa persiapan. Penjelmaan baru terjadi setelah melalui proses yang panjang. Ada tiga tahap, pertama-tama Allah berbicara kepada leluhur Israel di masa lampau melalui para Nabi dan dengan berbagai cara59 Penjelmaan terjadi setelah pewahyuan Allah kepada Abraham dan keturunannya. Penjelmaan pada diri Yesus Kristus merupakan puncak dari suatu rentetan peristiwa perwujudan kasih Allah kepada manusia, mulai dari Abraham, Ishak dan Yakub pada masa Perjanjian Lama60 Perjanjian antara Allah dan Israel adalah persiapan bagi kedatangan Kristus di dunia. Perjanjian tersebut merupakan bukti kesetiaan janji Allah kepada Israel yang tidak setia memegang janjinya. Ungkapan Hosea pada 111-2, 4 menunjukkan hal ini 'Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anakKu itu'. Meski demikian Allah tidak murka dan menghukum Israel, ' Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bemyala-nyala itu'61 Sebagai Allah dari segala sesuatu, ia berjanji untuk lebih mencintai lagi. Atas tujuan inilah Ia mempersiapkan perwujudan terakhir akan cinta pengampunanNya yang abadi. Meskipun Israel telah melakukan berbagai hal yang menyakitiNya, Ia tetap menunjukkan kasihNya. Ia akan melakukan hal yang bar62 dan menawarkan perjanjian yang baru. 63 Pada kepenuhan waktu, Allah mengutus SabdaNya, Putera TunggalNya, yang kemudian dilahirkan oleh seorang puteri Abraham, Maria dari Nazaret Maria mewakili Israel menjawab 'ya' tanpa syarat atas tawaran Allah. Maria berdiri di hadapan Allah leluhurnya dan berdialog denganNya. Di sinilah terjadi puncak dialog antara Allah dan manusia, suatu bentuk konkrit dialog antara Yahweh dan Israel. Di sinilah Maria berdiri sendiri di hadapan Allah Abraham dan Allah para Nabi. Tidak seperti para leluhurnya yang tidak mampu membina persatuan dengan Allah, Maria mengambil pilihan yang radikal yang ditawarkan oleh Allah dan memutuskan untuk menerima Sang Sabda dalam rahimnya, sehingga Sang Sabda menjadi tulang dari tulangnya dan daging dari dagingnya. Maria mengandung Sang Sabda dan sekaligus tetap Penjelmaan ini benar-benar karya Allah dan tanpa keterlibatan ayah manusiawi. Dengan keadaan Maria yang mengandung dan sekaligus tetap perawan, keputeraan manusiawi ilahi Yesus ditampakkan. Selain itu, hal ini juga menampakkan bahwa Bapalah yang mengutus Dia sebagai bukti kasihNya kepada manusia dan bahwa Maria menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah sebagai wakil dari bangsa Israel dan umat beriman yang menantikan pemenuhan janji Allah. Pemberian diri seutuhnya yang dilakukan oleh Maria merupakan bukti pemberian diri yang tak terbatas dan merupakan jawaban yang diberikan dengan penuh kesadaran atas tawaran kasih Allah yang tak terbatas, yang telah mewahyukan diriNya. Persetujuan Maria untuk menjadi bunda perawan dari Allah Putera menampakkan kebenaran bahwa pengutusan Putera terjadi bukan karena Allah berhutang pada manusia, tetapi suatu pemberian diri cuma-cuma dari Allah, yang nilainya lebih dari segala pemberian lainnya. Yesus adalah Putera Allah dalam kodrat ilahiNya dan kodrat manusiaNya yang diperolehnya dari sang perawan. Hanya ada satu Putera, Putera Bapa menjadi Putera Maria. Tidak ada dua putera yang berbeda dalam diri Yesus. la adalah Putera Allah dan sekaligus Putera Maria Dikandung Tanpa Noda Tujuan kedatangan Yesus adalah untuk mengampuni dosa dan mengembalikan persatuan manusia dengan Sang Pencipta yang telah dihancurkan oleh dosa. Dosa dipandang sebagai suatu bentuk pengasingan dari Allah, dan pengasingan ini membawa bersamanya pengasingan dari sesama dan dari kodrat dirinya sendiri. Pengasingan adalah kurang benamya relasi dengan Allah. Dosa asal adalah penyimpangan dari relasi yang benar dalam pribadi, masyarakat dan sejarah. Kitab Suci Perianjian Baru menggambarkan penyelamatan sebagai upaya berbalik dari pengasingan ini. Yesus Kristus datang, diutus oleh Bapa dan dibimbing oleh Roh Kudus untuk menyatukan kembali manusia dengan Bapa. Dia datang sebagai imam dan domba korban untuk mempersembahkan korban bagi mereka yang berdosa. la wafat dan bangkit kembali. Misteri Paska dimana Kristus yang telah diserahkan karena pelanggaran-pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita66 menyatukan kembali dunia ini kepada Bapa Tuhan Yesus Kristus. Kristus adalah Adam baru dan mereka yang tinggal dalam Kristus adalah adam-adam baru. Bagaimana posisi Maria dalam perspektif ini? Sebagai Bunda dari penebus, apakah ia harus menunggu bagi pemurnian dari dosa? Sebagai bunda dari Ia yang adalah Putera Tercinta Allah, dapatkah ia dikesampingkan dari hubungannya dengan Bapa pada saat Ia memilihnya? Sebagai jalan bagi Putera Allah untuk hadir dan menyelamatkan dunia, apakah ia harus menunggu untuk dimurnikan dari segala dosa?67 Apakah Puteranya tidak menginginkan ia menerima buah dari penebusanNya? Sebagaimana pewahyuan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Domba sebelum penciptaan dunia,68 apakah tidak mungkin upah pengorbananNya diberikan terlebih dahulu kepada bundaNya? Jika orang-orang lain termasuk mereka yang hidup sebelum penjelmaan menerima bukankah tidak aneh jika Maria menerimanya pada awal keberadaannya?69 Tentang tema ini para Bapa Konsili menyatakan Oleh sebab itu, tidak heran, bahwa pada para Bapa Gereja berlaku kebiasaan yang menyebut Bunda Allah seluruhnya suci dan bersih dari segala noda dosa, seolah-olah dibentuk oleh Roh Kudus dan dijadikan makhluk baru. Perawan Nazaret ini dikaruniai cahaya kekudusan yang istimewa sejak saat pertama dikandung, dan mendapat salam 'penuh rahmat' dari Malaikat pembawa kabar, yang datang menjumpainya atas perintah Maria telah dipersiapkan oleh Allah bagi karya keselamatan agung ini semenjak ia dikandung dalam rahim ibunya, saat dilahirkan dan saat ia menjadi manusia seutuhnya. Maria Diangkat Ke Surga 'Jika Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah iman kita',71 demikian diungkapkan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus. Pada saat kebangkitanNya, Sang Penebus mengangkat kodrat manusiawi ke dalam kemuliaan. Ia mengangkat kemanusiaanNya yang diperolehNya dari Maria ke dalam kemuliaan Bapa. KebangkitanNya bukanlah sekedar kebangkitan fisik sebagaimana dialami oleh Lazarus dan puteri Yairus, melainkan suatu transformasi ke dalam hidup kemuliaan. Dalam Allah Manusia yang bangkit, kodrat kemanusiaan manusia diangkat ke dalam kemuliaan. Bagaimana posisi Maria pada puncak karya ilahiNya? Sebagaimana Kristus bangkit dan naik ke surga, apakah ia juga diangkat jiwa dan raganya ke dalam surga? Maria adalah bunda perawan dari Allah, dan sebagai yang dikandung tanpa noda, ia tidak pernah menjadi budak dosa. Dia yang telah diselamatkan semenjak awal keberadaannya dan dia yang merupakan hasil persatuan terdalam dari hidup dan cinta pada Putera ilahinya, apakah tidak layak menerima kepenuhan penebusan pada akhir keberadaannya di dunia? Dapatkah orang mengatakan bahwa di dalam surga jiwa Maria memuji Puteranya, Buah Tubuhnya, tanpa raga yang pernah melahirkan Puteranya? Apakah ada hukum alam atau prinsip-prinsip keadilan ilahi yang melarang cinta Putera yang terbaik pada bundaNya yang terbaik. Tentang tema ini, para Bapa Konsili berkata Akhimya sesudah menyelesaikan jalan kehidupannya yang fana, Perawan Tak Bercela yang senantiasa kebal terhadap semua noda asal, diangkat ke kejayaan surgawi dengan badan dan selanjutnya....................pege 2
KisahKehidupan Yesus Kristus dan BundaNya. 17. Pentahiran Maria. Sebelum fajar menyingsing, Maria telah duduk di atas punggung keledai dengan Kanak-kanak Yesus di pangkuannya. Hanya beberapa selimut dan satu buntalan ada padanya. Ia duduk di sisi yang dipasangi sebilah papan kecil untuk tempat kaki. Mereka mengambil arah ke kiri, mengitari
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Maria adalah Bunda Allah dan Bunda Gereja. Ia adalah ibu Yesus, Anak Allah Penyelamat dunia. Ia dirahmati khusus oleh Allah. Ia dikenal oleh umat Katolik sebagai ibu dari Yesus yang tetap perawan. Tetapi Maria juga adalah bunda atau ibu dari seluruh umat manusia di dunia, yang penuh dengan belas kasih dan lembut hati. Kedudukan Bunda Maria dalam Gereja sangat istimewa. Ia adalah orang kudus terbesar melebihi para kudus lainnya karena peranannya dalam sejarah keselamatan umat memiliki peran yang begitu besar dalam sejarah keselamatan, maka ia juga menjadi bunda pengantara kita “Ad Jesum per Mariam” Menuju Yesus melalui Bunda Maria adalah istilah yang sering kita dengar. Melalui dan dalam Maria kita memperoleh keselamatan dari Allah dalam diri Yesus Kristus Putera dipersiapkan secara khusus oleh Allah, sehingga sejak dari dalam kandungan ia tidak berbuat dosa. Setelah melahirkan Yesus pun ia tetap perawan Dogma 1854. Oleh rahmat dan perlindungan Allah, ia terlindung dari segala noda dosa, ia hidup tanpa cela. Dalam teks Kitab suci, Maria disebut sebagai Bunda Allah karena melahirkan Kristus, Maria juga disebut sebagai Bunda Gereja, karena Kristus adalah kepala umat yang adalah Tubuh-Nya yang memperoleh hidup dalam Kristus. Peran Maria dalam sejarah keselamatan begitu penting, ia dirahmati secara khusus oleh Allah di dalam panggilannya menjadi Bunda Allah dan Gereja DATA KITAB SUCI Dasar Kitab Suci yang mengungkapkan Bunda Maria sebagai Theotokos 315 “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Janji ini tentang perempuan itu the woman dan keturunannya’ mengacu kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, ibu yang 142-43 Dalam teks Kitab Suci tersebut mengajarkan kepada kita bahwa Maria adalah seseorang yang dipilih oleh Allah dimana Elisabeth menyebut Bunda Maria sebagai “ibu Tuhanku.” Dan Elisabeth juga menyebutkan Maria sebagai seseorang yang terberkati di antara wanita, oleh karena ia mengandung Yesus Putra 714; Matius 123, “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan mereka akan menamakan Dia Immanuel, yang berarti, “Allah menyertai kita.”Ayat ini mengungkapkan bahwa kelahiran Yesus adalah pemenuhan janji Allah yang dikandung oleh seorang manusia yakni Maria yang disebut sebagai “anak darah” karena ia memang telah dipersiapkan Allah untuk mengandung dan melahirkan Yesus 135 Kata malaikat itu, “….sebab anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, anak Allah.” Ayat tersebut mengungkapkan bahwa anak yang dikandung Maria benar-benar anak Allah yang 211. “Maka masuklah mereka … dan melihat Anak itu bersama dengan ibu-Nya.” Ayat ini mengungkapkan juga bahwa Anak yang dimaksudkan adalah Yesus yang bersama dengan ibu-Nya Bunda 44 “tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.” Ayat ini mengungkapkan bahwa Yesus anak Allah benar-benar dilahirkan oleh seorang perempuan yakni Bunda 143 “kata Elisabet bunda Yohanes Pembaptis siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku”. Ayat ini ingin menjelaskan bahwa Elisabet yang adalah saudara Maria pun mengakui bahwa Maria adalah ibu Tuhannya, yakni Allah. Ayat ini mengungkapkan secara jelas bahwa Maria adalah bunda 120-22; Lukas 130-33; Markus 335 “kata malaikan Tuhan kepada Yusuf Jangan takut mengambil Maria sebagai istrimu karena anak dalam kandungan itu adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan engkau akan menamakan dia Yesus,... Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi sesungguhnya anak darah itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel”- yang berarti Allah beserta kita. Dasar Kitab Suci yang mengungkapkan Bunda Maria sebagai Bunda Gereja 311 = “Maria menuntun manusia untuk percaya kepada Kristus” 1927 = “kata Yesus kepada murid-Nya itulah ibumu’” ayat tersebut mengungkapkan bahwa Yesus pun menyebutkan bahwa Maria juga adalah ibu dari murid-murid-Nya yang sekarang disebut sebagai 114 = Maria ada bersama para murid bertekun dalam doa menantikan kepenuhan janji Kristus yang 320 = “Hawa dari semua yang hidup.” Ayat ini merujuk kepada Maria yang mengungkapkan bahwa ia adalah ibu dari semua yang 32 = “Semak bernyala yang tak hangus” mengungkapkan figur Maria mengandung putranya tanpa kehilangan = “Tabut Perjanjian yang atasnya Allah menyatakan kehadiran-Nya” dipakai sebagai figur Maria yang membawa dalam rahimnya Allah yang menjelma. Dasar Kitab Suci Kekudusan dan Keperawanan Maria 124-25 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki …Ayat tersebut mengungkapkan bahwa Maria memperoleh anugerah yang begitu besar dan bahkan istimewa karena sekalipun ia telah melahirkan anaknya yakni Yesus ia tetap adalah seorang perempuan yang perawan.. 27 …dan ia Maria melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin… Kata kunci di sini adalah, ’sulung’. Sulung di sini tidak berarti bahwa Yesus kemudian mempunyai adik-adik. Sulung’ di dalam Alkitab menerangkan hak istimewa dari seseorang. Kristus disebut ’sulung’ adalah untuk menunjukkan bahwa Ia adalah Israel’ yang baru, yang menjadi yang sulung dari banyak saudara Rom 829, yang sulung dari segala ciptaan Kol 115.Ayat tersebut juga mengajarkan epada kita bahwa Maria benar-benar telah melahirkan anaknya yang sulung yakni Yesus, yang mengungkap bahwa Maria adalah Bunda Yesus yang adalah Allah 323 “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah…” Ayat ini sering dikutip oleh umat Protestan untuk menyatakan bahwa semua orang berdosa, termasuk Bunda Maria. Sebenarnya perikop ini tidak bermaksud untuk menyatakan bahwa “semua orang telah berbuat dosa” dalam arti mutlak tetapi kita perluh memahami konteks yang dibicarakan tersebut bertujuan untuk siapa. Sebab Yesus adalah perkecualiannya, dan anak- anak yang di bawah umur under the age of reason juga demikian. Gereja Katolik mengajarkan bahwa Bunda Maria juga termasuk kekecualian dalam hal ini. Dengan demikian, gaya bahasa yang digunakan di sini adalah hiperbolisme, dengan pesan utama yang hendak disampaikan, bahwa secara umum manusia dari segala golongan, telah berbuat 151-9 dan Yohanes 1927 Dalam Injil Matius bab 15, Yesus mengecam orang-orang Farisi yang mempersembahkan korban tetapi kemudian menelantarkan orang tua mereka. Hukum pada Perjanjian Lama seharusnya mewajibkan seorang anak untuk menanggung orang tuanya, sehingga praktek orang Farisi yang melanggar hal ini membuat Yesus menyebut mereka sebagai munafik’ Mat 151-7. Dalam Yoh 1926-27, pada saat Yesus disalibkan, Yesus memberikan Maria ibu-Nya kepada Yohanes anak Zebedeus rasul yang dikasihi-Nya, yang bukan saudara-Nya. Seandainya Yesus mempunyai adik-adik, seperti yang dianggap oleh gereja Protestan, perbuatan Yesus ini sungguh tidak masuk di akal. Yesus yang mengecam orang Farisi yang menelantarkan orang tuanya, tidak mungkin menyebabkan saudara-Nya sendiri menelantarkan ibu-Nya. Kenyataan bahwa Yesus mempercayakan Maria kepada Yohanes adalah karena Ia tidak mempunyai saudara kandung, karena Bapa Yusuf-pun telah meninggal dunia, dan Yesus tidak mau meninggalkan ibu-Nya sebatang ayat tersebut menyinggung Yesus yang telah memberikan ibu-Nya kepada Yohanes yang adalah murid-Nya. Akan tetapi nilai positif yang diangkat Gereja yakni Yesus benar-benar mencintai dan mengasihi ibu-Nya sehingga Ia tidak membiarkan ibu-Nya kesepian setelah kematian-Nya di Kayu Salib. Unuk itu Ia memberikan ibu-Nya kepada murid-Nya untuk dianggap sebagai ibunya pulah. Seperti halnya Yesus memberikan ibu-Nya kepada murid-Nya begitu pulah Gereja mengimani bahwa Maria bukan hanyalah Bunda Allah akan tetapi juga adalah Bunda Gereja.DATA TRADISI BAPA-BAPA Gregorius Naziansa 382 menyatakan, barangsiapa tidak percaya bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah, maka ia adalah orang asing bagi Allah. Sebab Bunda Maria bukan semata-mata saluran, melainkan Kristus sungguh-sungguh terbentuk di dalam rahim Maria secara ilahi karena tanpa campur tangan manusia namun juga secara manusiawi karena mengikuti hukum alam manusia. Lihat St. Gregory Nazianzus, To Cledonius, 101 Yohanes Cassian 430 “….Kami akan membuktikan oleh kesaksian Ilahi bahwa Kristus adalah Allah dan bahwa Maria adalah Bunda Allah.” John Cassian, The Incarnation of Christ, II2. Vincent dari Lerins 450 “Semoga Tuhan melarang siapapun yang berusaha merampas dari Maria yang kudus, hak-hak istimewanya yaitu rahmat ilahi dan kemuliaannya. Sebab dengan keistimewaannya yang unik dari Tuhan, ia disebut sebagai Bunda Allah [Theotokos] yang sungguh dan yang sangat terberkati. Santa Maria adalah Bunda Allah, sebab di dalam rahimnya yang kudus digenapilah misteri yang karena kesatuan Pribadi yang unik dan satu-satunya, Sang Sabda yang menjelma menjadi manusia, sehingga manusia itu adalah Tuhan dan di dalam Tuhan. St. Vincent dari Lerins, The Commonitoriy for the Antiquity and Universality of the Catholic Faith, 15ARGUMEN APOLOGI BERDASARKAN DOKUMEN RESMI GEREJADATA TRADISI KONSILI, MAGISTERIUM•Pengajaran Magisterium Gereja TheotokosGereja Katolik mengajarkan “Maria adalah sungguh- sungguh Bunda Allah” De fide Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, p. 196. Doktrin Maria sebagai Bunda Allah/ “Theotokos” ……. dinyatakan Gereja melalui Konsili di Efesus 431 dan Konsili keempat di Chalcedon 451. Pengajaran ini diresmikan pada kedua Konsili tersebut, namun bukan berarti bahwa sebelum tahun 431, Bunda Maria belum disebut sebagai Bunda Allah. Kepercayaan Gereja akan peran Maria sebagai Bunda Allah dan Hawa yang baru sudah berakar sejak abad awal. Keberadaan Konsili Efesus yang mengajarkan “Theotokos” tersebut adalah untuk menolak pengajaran sesat dari Nestorius. Nestorius hanya mengakui Maria sebagai ibu kemanusiaan Yesus, tapi bukan ibu Yesus sebagai Tuhan, sebab menurut Nestorius yang dilahirkan oleh Maria adalah manusia yang di dalamnya Tuhan tinggal, dan bukan Tuhan sendiri yang sungguh menjelma menjadi manusia. Konsili Efesus mengajarkan“Jika seseorang tidak mengakui bahwa Emmanuel adalah Tuhan sendiri dan oleh karena itu Perawan Suci Maria adalah Bunda Tuhan Theotokos; dalam arti di dalam dagingnya ia [Maria] mengandung Sabda Allah yang menjelma menjadi daging [seperti tertulis bahwa “Sabda sudah menjadi daging”], terkutuklah ia.” D113Bahwa Maria adalah Bunda Allah adalah pengajaran Gereja sepanjang sejarah dan ini ditegaskan kembali dalam Konsili Vatikan II“Sebab perawan Maria, yang sesudah warta Malaikat menerima Sabda Allah dalam hati maupun tubuhnya, serta memberikan Hidup kepada dunia, diakui dan dihormati sebagai Bunda Allah dan [Bunda] penebus yang sesungguhnya.” Lumen Gentium 53 •Pengajaran Magisterium Gereja Maria disucikan dan tetap perawan seumur perannya sebagai Bunda Allah dan Hawa yang baru, Bunda Maria dipersiapkan Allah, sebagai berikut dikandung tanpa noda, dibebaskan dari dosa asal De fide lih. Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, ed. James Canon Bastible, Rockford, Illinois TAN books and publishers, Inc. 1974 dari dosa ini adalah persyaratan yang layak bagi seorang perempuan dan keturunannya, yang akan melawan Iblis lih. Kej 315. Bagaimanakah sang perempuan itu dapat melawan Iblis, jika ia sendiri telah jatuh ke dalam perangkap Iblis itu? Maka pada tanggal 8 Desember 1854, Paus Pius IX dalam Bulla, “Ineffabilis Deus” mengajarkan doktrin untuk diimani oleh semua umat beriman“Dengan rahmat yang unik dan hak istimewa yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Besar, oleh jasa Yesus Kristus Sang Penebus umat manusia, Perawan Maria yang tersuci pada saat konsepsinya, dibebaskan dari segala noda dosa asal.” D 1641 di kandungan, Maria dibebaskan dari concupiscence / kecenderunga berbuat dosa Sententia communis. Walaupun hal ini bukan merupakan pengajaran de fide, namun para teolog secara umum mengajarkan demikian berdasarkan ajaran St. Thomas Aquinas dalam ST III q. 27, dari rahmat yang istimewa dari Tuhan, Maria dibebaskan dari setiap dosa sepanjang hidupnya Sententia fidei proxima. Konsili Trente 1545-1563 mengajarkan “Tidak ada orang yang benar dapat untuk sepanjang hidupnya menghindari semua dosa, bahkan dosa- dosa ringan, kecuali atas dasar hak istimewa dari Tuhan, yang diyakini Gereja diberikan kepada Perawan Maria yang terberkati.” D 833Paus Pius XII dalam surat ensikliknya, Mystici Corporis, tentang Perawan dan Bunda Tuhan, bahwa “Ia tidak berdosa, baik dosa pribadi maupun dosa asal yang diturunkan.” adalah Perawan, sebelum pada saat dan sesudah kelahiran Yesus Kristus De fide.Konsili Konstantinopel II 553 menyebutkan Bunda Maria sebagai, “kudus, mulia, dan tetap Perawan Maria”. Konsili ini merangkum ajaran-ajaran penting sehubungan dengan ajaran bahwa Yesus, adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Termasuk dalam ajaran ini adalah tentang keperawanan pemahaman tentang Maria dikuduskan Allah diperoleh dengan memahami perbandingannya dengan Tabut Perjanjian di PL. Jika Tabut Perjanjian Lama saja begitu dikuduskan Allah, betapa Allah akan lebih lagi secara istimewa menguduskan Maria, Tabut Perjanjian Baru, yang mengandung dan melahirkan Kristus, Sang Sabda yang telah menjadi daging, Sang Roti Hidup dan Sang Imam Agung. Sinode Lateran 649 di bawah Paus Martin I mengatakan“Ia [Maria] mengandung tanpa benih laki-laki, [melainkan] dari Roh Kudus, melahirkan tanpa merusak keperawanannya, dan keperawanannya tetap tidak terganggu setelah melahirkan.” D256 Keperawanan Maria termasuk 1 keperawanan hati, 2 kemerdekaan dari hasrat seksual yang tak teratur dan 3 integritas fisik. Namun doktrin Gereja secara prinsip mengacu kepada keperawanan tubuh/ fisik mengandung dari Roh Kudus, tanpa campur tangan manusia De fide. Ini sesuai dengan kabar gembira yang disampaikan oleh malaikat Gabriel lih. Luk 1 35. Maria mengandung dari Roh Kudus dinyatakan dalam Syahadat Aku Percaya, “Qui conceptus est de Spiritu Sancto.” D 86, 256,993 melahirkan Putera-Nya tanpa merusak keperawanannya De fide. Keperawanan Maria pada saat melahirkan Yesus termasuk dalam gelar, “tetap perawan” yang diberikan kepada Maria oleh Konsili Konstantinopel 553 D214, 218, 227. Doktrin ini diajarkan oleh Paus Leo I dalam Epistola Dogmatica ad Flavianum Ep 28,2, disetujui oleh Konsili di Kalsedon, dan diajarkan dalam Sinode Lateran 649. Prinsipnya adalah ajaran dari St. Agustinus Enchiridion 34 yang mengajarkan dengan analogi- Yesus keluar dari kubur tanpa merusaknya, Ia masuk ke dalam ruangan terkunci tanpa membukanya, menembusnya sinar matahari dari gelas, lahirnya Sabda dari pangkuan Allah Bapa, keluarnya pikiran manusia dari melahirkan Yesus, Maria tetap perawan De fide. Konsili Konstantinopel 553 dan Sinode Lateran menyebutkan gelar “tetap perawan”D 214, 218, 227. St. Agustinus dan para Bapa Gereja mengartikan ayat yang disampaikan oleh Bunda Maria, “karena aku tidak bersuami I know not man” Luk 134 Douay Rheims Bible adalah suatu ungkapan kaul Bunda Maria untuk hidup selibat sepanjang Vatikan II mengajarkan demikian “Kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Baru, begitu pula Tradisi yang terhormat, memperlihatkan peran Bunda Penyelamat dalam tata keselamatan dengan cara yang semakin jelas … Dalam terang itu ia [Maria] sudah dibayangkan secara profetis dalam janji yang diberikan kepada leluhur pertama [Adam dan Hawa] yang jatuh berdosa. Ia adalah Perawan yang mengandung dan melahirkan seorang Anak laki- laki, yang akan diberi nama Imanuel lih. Yes 714; bdk. Mi 52-3; Mat 122-23.” Lumen Gentium 55 Adapun Bapa yang penuh belaskasihan menghendaki, supaya penjelmaan Sabda didahului oleh persetujuan dari pihak dia, yang telah ditetapkan menjadi Bunda-Nya. Dengan demikian, seperti dahulu seorang wanita mendatangkan maut, maka kini seorang wanitalah yang mendatangkan kehidupan. Itu secara amat istimewa berlaku tentang Bunda Yesus, yang telah melimpahkan kepada dunia Hidup sendiri yang membaharui segalanya, dan yang oleh Allah dianugerahkan kurnia-kurnia yang layak bagi tugas seluhur itu. Maka mengherankan juga, bahwa di antara para Bapa suci menjadi lazim untuk menyebut Bunda Allah suci seutuhnya dan tidak terkena oleh cemar dosa manapun juga, bagaikan makhluk yang diciptakan dan dibentuk baru oleh Roh Kudus…” Lumen Gentium 56 dihormati di surga sebagai Ratu alam semestaKonsili Vatikan II mengajarkan“Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di sorga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan lih. Why 1916, yang telah mengalahkan dosa dan maut.” Lumen Gentium 59 adalah Bunda Gereja, Bunda umat Vatikan II mengajarkan“Ia [Maria] dianugerahi kurnia serta martabat yang amat luhur, yakni menjadi Bunda Putera Allah, maka juga menjadi Puteri Bapa yang terkasih dan kenisah Roh Kudus. Karena anugerah rahmat yang sangat istimewa itu ia jauh lebih unggul dari semua makhluk lainnya, baik di sorga maupun di bumi. Namun sebagai keturunan Adam, ia termasuk golongan semua orang yang harus diselamatkan. Bahkan “ia [Maria] memang Bunda para anggota Kristus. Karena dengan cinta kasih ia menyumbangkan kerjasamanya, supaya dalam Gereja lahirlah kaum beriman, yang menjadi anggota Kepala itu”. Oleh karena itu ia menerima salam sebagai anggota Gereja yang serba unggul dan sangat istimewa, pun juga sebagai pola teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta kasih. Menganut bimbingan Roh Kudus Gereja Katolik menghadapinya penuh rasa kasih dan sayang sebagai bundanya yang tercinta.” Lumen Gentium 53“Dengan mengandung Kristus, melahirkan-Nya, membesarkan-Nya, menghadapkan-Nya kepada Bapa di kenisah, serta dengan ikut menderita dengan Puteranya yang wafat di kayu salib, ia secara sungguh istimewa bekerja sama dengan karya Juru selamat, dengan ketaatannya, iman, pengharapan serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk membaharui hidup adikodrati jiwa-jiwa. Oleh karena itu dalam tata rahmat ia [Maria] menjadi Bunda kita.” Lumen Gentium 61PESAN BAGI UMAT BERIMANKetaatan dan kekudusan Maria Teladan KitaKetaatan Maria menjadi contoh bagi kita, demikian juga dengan iman Maria ini bahkan dapat dibandingkan dengan ketaatan Bapa Abraham, sebagai bapa umat beriman. Ketaatan iman Abraham menandai Perjanjian Lama, sedangkan ketaatan Maria menandai Perjanjian Baru. Ketaatan iman Maria sampai di kaki salib Kristus mendorong kita juga untuk taat sampai akhirnya, bahkan ketika tidak ada dasar untuk berharap’ lih. Rom 418.Ketaaatan Bunda Maria ini mencakup ketaatan dalam mendengarkan Sabda Tuhan dan melaksanakannya lih. Luk 821. Kita patut mencontoh Bunda Maria yang taat dan setia sepanjang hidupnya, ketaatan yang membawanya berdiri mendampingi Yesus sampai di kaki Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru juga menjadi teladan bagi kita. Sebab dengan tingkatan yang berbeda, sebenarnya kitapun menjadi tabut/ bait Allah 1 Kor 316; 619, terutama pada saat kita menyambut Kristus dalam Ekaristi kudus. Seharusnya, seperti Maria yang bergegas melayani Elizabeth, maka kita, setelah mengandung’ Kristus di dalam tubuh kita, selayaknya bergegas melayani sesama yang memiliki peran penting dalam Gereja sebagai Bunda Allah dan Gereja. lewat perantaraan Maria sebagai Ibu Yesus Kristus maka setiap doa dan penyerahan yang kita yang dibawaan atau diungkapkan lewat perantaraannya pasti akan menjadi prioritas Yesus menghormati ibu-Nya selayaknya juga kita sebagai umat yang percaya kepada-Nya untuk menghormati Maria sebagai Ibu kita. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya JANJI "Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan, dan Maria, ibu Yesus" --- Kisah para Rasul 1:14. PUJIAN: Dalam Doa Litani kepada Santa Perawan Maria, gelar sebagai "Bunda Gereja" diserukan setelah sebagai "Bunda Kristus". Paus Paulus VI, mengesahkan Dokumen yang sangat penting tentang
ArticlePDF Available AbstractSaint Mary’s figure is so exclusive to the people of Larantuka City which appear in the Semana Santa ritual. In Lera Wulan Tanah Ekan’s Lamaholot ethnic pre-Catholic religious system which views female figures as representations of the universe, it brings forth an allegation that there is a correlation with the cultural dominance of the Virgin Mary figure. This paper analyzes Semana Santa’s, especially Tuan Ma procession phenomenon as the main indicator of Larantuka society’s exclusive appreciation and perception background toward the Virgin Mary and try to seek, Larantuka people as Lamaholot ethnic have a local wisdom called Lewotana covering all the values they embrace and implement, including the value in their religious system. The phenomenon of the cultural system religion of Larantuka society alteration from Lera Wulan Tanah Ekan and Lewotana into Catholic culture only occurs at the level of social behavior and artifacts, the idea of the value of the sacred women figure who is considered as a representation of the universe still exist in the cognitive nature of Larantuka society with the figure of the Virgin Mary as a substitution process media of feminist value along with symbol as place’ meaning to the admiration and respect to woman figure, especially mother. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeAuthor contentAll content in this area was uploaded by R. F. Bhanu Viktorahadi on Apr 28, 2021 Content may be subject to may be subject to copyright. Jurnal Yaqzhan, Vol. 6 No. 1, Juli 2020 Available online at Published by Departement of Aqeedah and Islamic Philosophy, Faculty of Ushuluddin, Adab and Dakwah IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Indonesia Copyright 2020 Author. Published by Jurnal Yaqzhan PERAN SENTRAL BUNDA MARIA DALAM PROSESI ARAK-ARAKAN PATUNG TUAN MA DI LARANTUKA SUATU UNGKAPAN KEARIFAN LOKAL DALAM TRADISI RELIGIUS CENTRAL ROLE OF MOTHER MARY ON THE PROCESSION OF TUAN MA STATUE IN LARANTUKA AN EXPRESSIONOF LOCAL WISDOM IN RELIGIOUSTRADITIONS Bhanu Viktorahadi viktorahadi Universitas Katolik Parahyangan ABSTRAK Figur Bunda Maria begitu khas bagi masyarakat kota Larantuka yang muncul dalam ritual Semana Santa. Dalam era ini, etnis Lamaholot pra-Katolik sistem keagamaan Wulan yang memandang sosok wanita sebagai representasi alam semesta, memunculkan dugaan bahwa ada korelasi dengan dominasi budaya sosok Bunda Maria. Penelitian ini menganalisa prosesi ritual Semana Santa, terutama fenomena arak-arakan tuan Ma sebagai indikator utama apresiasi masyarakat Larantuka dan latar belakang bangsa terhadap Bunda Maria, Masyarakat Larantuka sebagai etnis Lamaholot memiliki kebijaksanaan lingkungan yang disebut Lewotana yang mencakup semua nilai yang mereka merangkul dan menerapkan, yang terdiri dari biaya dalam perangkat keagamaan perubuhan sistem budaya-religi masyarakat Larantuka dari Lewotana dan Lera Wulan Tanah Ekan menjadi budaya Katolik hanyalah terjadi pada tataran perilaku sosial dan artefak, gagasan mengenai nilai akan sakralnya sosok perempuan yang dianggap sebagai representasi alam semesta tetap eksis dalam alam kognitif masyarakat Larantuka dengan figur Bunda Maria sebagai media proses substitusi nilai feminis tersebut serta simbol sebagai tempat’ makna atas penghormatan terhadap sosok perempuan, khususnya ibu. Kata Kunci Tuan MA, Semana Santa, Akulturasi, Kearifan Lokal, Feminisme. ABSTRACT Saint Mary’s figure is so exclusive to the people of Larantuka City which appear in the Semana Santa ritual. In Lera Wulan Tanah Ekan’s Lamaholot ethnic pre-Catholic religious system which views female figures as representations of the universe, it brings forth an allegation that there is a correlation with the cultural dominance of the Virgin Mary figure. This paper analyzes Semana Santa’s, especially Tuan Ma procession phenomenon as the main indicator of Larantuka society’s exclusive appreciation and perception background toward the Virgin Mary and try to seek, Larantuka people as Lamaholot ethnic have a local wisdom called Lewotana covering all the values they embrace and implement, including the value in their religious system. The phenomenon of the cultural system religion of Larantuka society alteration from Lera Wulan Tanah Ekan and Lewotana into Catholic culture only occurs at the level of social behavior and artifacts, the idea of the value of the sacred women figure who is considered as a representation of the universe still exist in the cognitive nature of Larantuka society with the figure of the Virgin Mary as a substitution process media of feminist value along with symbol as place’ meaning to the admiration and respect to woman figure, especially mother. Keyword Tuan Ma, Semana Santa, Akulturasi, Kearifan Lokal, Feminisme. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 129 A. PENDAHULUAN Ritual prosesi perarakan patung Tuan Ma bagi masyarakat Larantuka, Flores Timur sangat istimewa. Proses itu memuat dua nilai sekaligus. Pertama, nilai iman Katolik. Kedua, nilai kearifan lokal, yaitu penghormatan kepada sosok ibu atau perempuan. Sosok Bunda Maria dan perempuan begitu eksklusif bagi masyarakat Kota Larantuka. Hal itu nampak dalam ritual Semana Santa yang datang dari iman Katolik yang mereka anut. Di sisi lain, sistem religi pra-Katolik etnis Lamaholot, yaitu Lewotana dan Lera Wulan Tanah Ekan yang memandang sosok perempuan sebagai representasi alam semesta, memiliki andil dalam terbentuknya dominasi kultural sosok Bunda Maria tersebut. Sebelum datangnya budaya Katolik, masyarakat Larantuka sebagai etnis Lamaholot memiliki nilai budaya dengan Ritual prosesi perarakan patung Tuan Ma bagi masyarakat Larantuka, Flores Timur sangat istimewa. Proses itu memuat dua nilai sekaligus. Pertama, nilai iman Katolik. Kedua, nilai kearifan lokal, yaitu penghormatan kepada sosok ibu atau perempuan. Sosok Bunda Maria dan perempuan begitu eksklusif bagi masyarakat Kota Larantuka. Hal itu nampak dalam ritual Semana Santa yang datang dari iman Katolik yang mereka anut. Di sisi lain, sistem religi pra-Katolik etnis Lamaholot, yaitu Lewotana dan Lera Wulan Tanah Ekan yang memandang sosok perempuan sebagai representasi alam semesta, memiliki andil dalam terbentuknya dominasi kultural sosok Bunda Maria tersebut. Sebelum datangnya budaya Katolik, masyarakat Larantuka sebagai etnis Lamaholot memiliki nilai budaya dengan sebutan Lewotana dan Lera Wulan Tanah Ekan yang mencakup segala nilai yang mereka anut dan implementasikan, termasuk nilai kearifan lokal dalam sistem religi mereka. Prosesi ritual Semana Santa, terutama perarakan patung Tuan Ma menjadi indikator utama dominasi Bunda Maria dan perempuan pada masyarakat Larantuka. Berdasarkan wawancara dengan Agustinus Siswani Iri, seorang imam Katolik yang bertugas di Larantuka sekaligus penutur bahasa Lamaholot wawancara dilaksanakan di Bandung pada 12-13 Oktober 2019, Tuan Ma berasal dari kata Ema, yang dalam bahasa Lamaholot bahasa tua Larantuka memiliki makna perempuan terhormat atau perempuan baik-baik. Berdasarkan wawancara dengan Agustinus Siswani Iri, seorang imam Katolik yang bertugas di Larantuka sekaligus penutur bahasa Lamaholot wawancara dilaksanakan di Bandung pada 12-13 Oktober 2019, Tuan Ma berasal dari kata Ema, yang dalam bahasa Lamaholot bahasa tua Larantuka memiliki makna perempuan terhormat atau perempuan baik-baik. Abdul Munir Mulkhan, “Pembelajaran Filsafat Berbasis Kearifan Lokal,” Jurnal Filsafat Agustus 2007, 145 Kearifan lokal local wisdom atau local genius merupakan representasi dan ekspresi pengalaman panjang warga biasa dalam mengelola dan mengatasi berbagai persoalan hidup yang dijalani setiap hari atau pun hari-harinya yang panjang. Kearifan lokal ini meliputi segala aspek kehidupan dari ekonomi, sosial, politik, kesehatan, hingga ketuhanan. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 130 Tulisan ini memaparkan dua rumusan masalah. Pertama, mengungkapkan bagaimana jalannya prosesi ritual Semana santa yang secara tersirat mengandung nilai feminisme. Nilai tersebut terepresentasi dalam sosok Bunda Maria. Deskripsi prosesi ritual itu sekaligus juga mengungkapkan secara singkat sejarah perkembangan Semana santa yang berkaitan dengan proses akulturasibudaya Lamaholot dengan iman Katolik. Kedua, mengungkapkan bentuk-bentuk dominasi kultural sosok Bunda Maria yang dilatarbelakangi karakteristik dan nilai kearifan lokal Lamaholot pra-Katolik yang feminis. Fenomena perubuhan sistem budaya-religi masyarakat Larantuka dari Lewotana dan Lera Wulan Tanah Ekan menjadi budaya Katolik hanyalah terjadi pada tataran perilaku sosial dan artefak, gagasan mengenai nilai akan sakralnya sosok perempuan yang dianggap sebagai representasi alam semesta tetap eksis dalam alam kognitif masyarakat Larantuka dengan figur Bunda Maria sebagai media proses substitusi nilai feminis tersebut serta simbol sebagai tempat’ makna atas penghormatan terhadap sosok perempuan, khususnya ibu. B. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Data Larantuka Larantuka adalah sebuah kota kecamatan yang termasuk daerah administrasi Kabupaten Flores Timur Flotim. Administrasi Daerah dan Kependudukan pembentukan Kabupaten Flotim terjadi pada 20 Desember 1958, yaitu bersamaan dengan ditetapkannya Undang-undang UU No. 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, NTB, dan NTT. Letak geografis Kabupaten Flores Timur adalah pada 8°04’-8° 40’ LS dan 122° 38’-123° 20’ BT. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lembata. Sebelah Barat berbatasan dengan Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi Jakarta Radar Jaya Offset, 1979, 248 Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Menurut Honigmann dalam Koentjaraningrat 1979, 186-188 ada tiga gejala kebudayaan’, yaitu ideas gagasan, activities aktivitas, dan artifacts artefak. Artefak adalah wujud total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. William A. Haviland, Antropologi Jilid 2 Jakarta Erlangga, 1985, 46 Substitusi adalah bagian dari proses akulturasi yang terjadi saat unsur-unsur kebudayaan yang ada sebelumnya diganti oleh yang memenuhi fungsinya dengan perubahan struktural yang tidak berarti. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 131 Kabupaten Sikka. Sebagai sebuah Kabupaten kepulauan, Kabupaten Flores Timur memiliki beberapa selat. Antara lain, Selat Lewotobi yang terletak antara Pulau Solor dan Pulau Flores bagian Timur, Selat Gonsalu yang terletak antara Pulau Flores Bagian Timur dengan Pulau Adonara, dan Selat Solor yang terletak antara Pulau Adonara dan Pulau Solor. Gambar 1 Peta Kabupaten Flores TimurSelama kurun waktu 50 tahun terakhir ini sudah beberapa kali terjadi pemekaran wilayah di Kabupaten Flotim. Menurut Provinsi NTT dalam Angka 2006, Kabupaten Flotim yang terdiri atas 13 kecamatan dan 219 desa kelurahan mencakup wilayah seluas km2 atau sekitar 3,83% dari km2 keseluruhan luas daratan Provinsi NTT. Dengan tiga pulau besarnya – Flores Timur Daratan, Pulau Adonara, dan Pulau Profil Kantor Kementerian Agama Kabupaten Flores Timur Tahun 2014, 1-2. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur Dewan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian World Food Programme, Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Nusa Tenggara Timur tahun 2015, 171. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 132 Solor – kepadatan penduduk Kabupaten Flotim tergolong tinggi di antara kabupaten-kabupaten di NTT, yaitu tertinggi keempat. Di dalam lingkup Kabupaten Flotim sendiri, Pulau Adonara merupakan wilayah terpadat, disusul Pulau Solor. Kepadatan penduduk Flores Timur Daratan tergolong rendah. Merujuk pada sebaran penduduk Kabupaten Flotim terlihat bahwa Kecamatan Ile Boleng 273 orang/km2 di bagian Timur Pulau Adonara justru merupakan kecamatan terpadat, bahkan lebih padat daripada Kecamatan Larantuka 265 orang/km2 dan Kecamatan Adonara Timur 231 orang/km2. Tiga kecamatan yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Titihena, Kecamatan Tanjung Bunga, dan Kecamatan Wulanggitang, yaitu masing-masing 55 orang/km2, 55 orang/km2, dan 63 orang/km2. Dari jumlah penduduk itu, terutama di Kecamatan Larantuka, penduduk beragama Katolik menjadi mayoritasnya 78%. Oleh karena itu, tradisi setempat, terutama di Larantuka banyak dipengaruhi iman Katolik. 1. Tradisi Prosesi Tuan Ma dalam Semana Santa Bagi masyarakat Larantuka yang mayoritas penganut iman Katolik, Semana Santa atau Pekan Suciadalah waktu yang istimewa. Aktivitasnya dimulai pada hari Rabu sesudah Minggu Palma, yang disebut dengan nama Rabu Trewa. Malam hari sesudah doa dan Ibadat Lamentasi ratapan Yeremia, penduduk Larantuka, membuat kegaduhan dengan bunyi-bunyian dan teriakan trewa’. Teriakan ini mengantisipasi suasana kegaduhan peristiwa Yesus yang ditangkap pada keesokan harinya. Sesudah itu mulai masa tenang Semana Santa. Pada hari ini juga penduduk mengadakan kegiatan tikam turo, yaitu mendirikan pagar bambu yang akan dipergunakan sebagai tempat mengikat lilin yang menjadi penerang jalan di sepanjang tiga kilometer jalur prosesi Jumat Agung. Congregatio Pro Cultu Divino, Litteræ Circulares De Festis Paschalibus Præparandis et Celebrandis Roma, 16 Januari 1988, 14 Pekan Suci adalah pekan terakhir dalam Masa Prapaskah atau sepekan sebelum Hari Raya Paskah. Dalam Pekan Suci, Gereja merayakan misteri keselamatan yang diwujudkan oleh Yesus Kristus sebagai Mesias pada hari-hari terakhir hidup-Nya, ketika Ia memasuki Yerusalem. Rufin Kedang, Tradisi Semana Santa di Larantuka Flores Melbourne Oakleigh South, 2017, 2-3. Rabu Trewa adalah alih bahasa dari bahasa Portugis Quarta-feira de trevas’. Artinya, Rabu yang gelap karena tidak lama lagi akan mulai penderitaan Yesus Kristus. Teks kitab Ratapan 14 – Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada; sunyi senyaplah segala pintu gerbangnya, berkeluh kesahlah imam-imamnya; bersedih pedih dara-daranya; dan dia sendiri pilu hatinya. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 133 Aktivitas pada Kamis Putih adalah pembukaan peti patung Tuan Ma Bunda Maria dan patung Tuan Ana Yesus Kristus. Kedua patung itu selama setahun tersimpan di kapelnya masing-masing dan petugas khusus yang diangkat melalui sumpah. Patung Tuan Ma diberi pakaian perkabungan berupa mantel beludru hitam, ungu, atau biru. Sesudah itu umat mendapat kesempatan untuk berdevosi dan berdoa. Selama hari itu juga masing-masing suku penduduk Larantuka sibuk menyelesaikan penataan armida-armida, yaitu delapan tempat perhentian selama prosesi Jumat Agung. Gambar 2 Patung Tuan MaJumat Agung adalah puncak perayaan Semana Santa yang juga dikenal dengan nama upacara Sesta Vera. Secara lengkap puncak prosesi sepanjang Jumat Agung berlangsung dalam tahap-tahapan berikut ini. Armida ini melambangkan perhentian Jalan Salib via dolorosa, yaitu upacara yang mengenang perjalanan penderitaan Yesus ke puncak Golgota. Tradisi Katolik mengenal 14 titik penderitaan Yesus. Akan tetapi, di Larantuka hanya ada delapan titik yang melambangkan perjalanan Yesus Kristus dari kelahiran hingga wafat-Nya. Ini sekaligus bentuk asimilasi lokal. Delapan armida itu melambangkan delapan suku paling berpengaruh yang dulu memiliki rumat adat tempat penyimpanan patung suci alias korke. diunduh pada Sabtu, 26 Oktober 2019 WIB. Sesta Vera adalah alih bahasa dari bahasa Portugis Sexta-feira’. Artinya, hari keenam atau Jumat. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 134 Tabel 2 Jadwal prosesi Tuan MaKapela Tuan Ma Kelurahan Larantuka Kapela Tuan Ana Kelurahan Lohayong Perarakan patung Tuan Meninu Kapela Meninu Kelurahan Sarotari – Armida II Keluarahan Pohonsirih Perarakan patung Tuan Misericordiæ Kapela Tuan Misericordiæ Kelurahan Pantebesar – Kapela Tuan Ana – Armida I Kelurahan Pohonsirih Perarakan patung Tuan Ma dan patung Tuan Ana Kapela Tuan Ana Kelurahan Lohayong – Kapela Tuan Ma Kelurahan Larantuka – Gereja Katedral Kelurahan Postoh Gereja Katedral Kelurahan Postoh Perarakan malam Jumat Agung Sabtu Santo Gereja Katedral Kelurahan Postoh mengelilingi kota Larantuka Upacara Jumat Agung mencapai klimaksnya pada prosesi di malam hari berkeliling kota Larantuka. Jarak tempuhnya sekitar 7,5 kilometer. Pagi hari usai upacara Jalan Salib, umat berkumpul di Kapel Tuan Meninu Kanak-kanak Yesus. Patung Kanak-kanak Yesus ditempatkan dalam sebuah perahu dengan tenda penutup atap dan didayung sejauh tiga kilometer menuju pantai Kuce tempat salah satu armida. Banyak sekali perahu dan kapal motor mengiringi pelayaran ini. Di pantai umat berjejal mengikuti prosesi laut ini. Prosesi Jumat Agung dimulai pada pukul delapan malam di Katedral Larantuka sesudah Ibadat Jumat Agung dan berakhir juga di Katedral Larantuka. Lilin-lilin menerangi jalan Agustina Angeliana Belang, Agustina Nurul Hidayati, Endratno Budi Santosa, “Arahan Pengembangan Wisata Religi Kegiatan Prosesi Jumad Agung Kota Larantuka,” Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011, 5-6. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 135 sepanjang jalur prosesi. Ribuan umat ikut dalam prosesi ini yang berlangsung selama empat atau lima jam. Mereka bukan hanya penduduk lokal melainkan juga para peziarah dari luar daerah. Bahkan, ada juga yang datang dari luar negeri. Menurut catatan panitia pada 2017, ada peziarah dari luar Larantuka yang hadir. Yang diusung dalam perarakan itu adalah patung Tuan Ana Yesus Kristus diikuti patung Tuan Ma Bunda Maria. Bunda Maria digambarkan menjemput dan selanjutnya mengikuti anaknya, Yesus dalam perjalanan salib-Nya. Mengawali iringan, seseorang yang berjalan di depan menabuh genderang perkabungan. Genderang ini disebut genda do dengan ritme tertentu. Bunyi ketukannya menimbulkan perasaan gamang. Setelah itu, anak-anak membawa salib hitam dan serai dua lilin besar. Di belakangnya, satu rombongan membawa lukisan rangka manusia. Namanya, gian de morti. Lukisan ini menyimbolkan godaan setan sepanjang masa. Di rombongan ini ada juga dayabu atau tangan-tangan setan dengan makna yang sama dengan lukisan itu. Selanjutnya adalah rombongan anak-anak yang membawa alat-alat penyengsara Yesus, yaitu krenti rantai, krona spina mahkota duri, tiga batang paku besar dan alat penusuk, tongkat dan bunga karang yang dipakai untuk mencelup cuka yang diminumkan kepada Yesus supaya dapat mati dalam kondisi tak sadar, dan lembing yang merobek lambung Yesus. Selain itu, ada juga tempayan. Tempayan ini melambangkan sifat kemunafikan Pontius Pilatus, wakil pemerintahan Romawi di Yerusalem yang menyerahkan Yesus kepada orang-orang Yahudi yang menyiksanya. Ada pula papan tripleks berbentuk ayam. Ini adalah lambang Petrus, murid Yesus yang sempat menyangkal Yesus setelah gurunya itu ditangkap. Di belakang iring-iringan itu merayap rombongan inti. Peti mati yang berisi patung Tuan Ana dipikul Lakademu, yaitu petugas dengan muka tertutup kain dan topi Teks Yohanes 192-3 – Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala Yesus. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata “Salam, hai raja orang Yahudi!” Lalu mereka menampar muka-Nya. Teks Yohanes 1934 – Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung Yesus dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. Teks Matius 2724 – Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; Itu urusan kamu sendiri!” Teks Matius 2674 – Maka mulailah Petrus mengutuk dan menyumpah “Aku tidak kenal orang itu.” Dan pada saat itu berkokoklah ayam. diunduh pada Sabtu, 19 Oktober 2019 WIB. Jeverson Peri Maran, “Etnomatemaika dalam Ritus Agama Katolik Larantuka,” Prosiding Sendika 2019, 479 Empat orang yang yang bertugas memikul patung Tuan ana atau YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 136 berbentuk kerucut panjang yang dalam tradisi Iberia adalah para penitens yang melaksanakan aksi tobat. Lakademu ini merupakan orang khusus yang identitasnya dirahasiakan. Yang mengetahuinya hanya raja dan beberapa orang panitia yang ikut menyeleksi. Di belakang patung Tuan Ana ada sejumlah perempuan berpakaian kabung hitam yang melambangkan Perempuan-perempuan Yerusalem yang meratapi Yesus. Patung Tuan Ma dipikul beberapa anggota Konfreria persaudaraan, yaitu para petugas gereja yang sudah ratusan tahun keberadaannya. Merekalah yang mempertahankan tradisi dan kelangsungan Gereja Katolik di Larantuka, secara khusus pada masa tidak adanya imam dalam waktu yang panjang. Tuhan Yesus. Istilah ini merupakan pelafalan lokal dari Nikodemus, salah seorang yang menurunkan jenazah Yesus dari Salib. Namanya terdapat dalam teks Yohanes 1939 – Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira limapuluh kati beratnya. Hershey H. Friedman, The Power of Repentance Penitents Baalei Teshuvah of the Talmud and Midrash New York Brooklyn College, 2018, 3 The term baal teshuvah plural is baalei teshuvah literally means master of return’, one who returned to God after being a sinner. Pakaian seperti ini dipakai juga oleh penitents dalam upacara Semana Santa di Portugal dan Spanyol. diunduh pada Kamis, 17 Oktober 2019 WIB. Teks Lukas 2327-28 Sejumlah besar orang mengikuti Yesus. Di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!” Sánchez López, Muerte y confradias de passion en la Málaga del siglo XVIII. La imagen procesional del Barroco y su proyección en las mentalidades Málaga Universidad de Málaga 1990, 29 Istilah itu bisa diterjemahkan sebagai konfraternitas. Istilah ini menunjuk pada asosiasi keagamaan pertama dengan karakter dan denominasi persaudaraan yang terdaftar dalam dokumentasi yang sesuai dengan abad kesebelas di semenanjung Iberia Spanyol dan Portugal. Konfreria adalah serikat orang awam yang membantu misionaris Portugis. Mereka bukan imam. pemebentukannya tercatat dalam Conggregatio de Propaganda Fide yang dibentuk Paus Gregorius XV pada 1622. Konfrefia dibentuk supaya masyarakat Larantuka tak bergantung pada misionaris Portugis. Dalam sejarah terbukti, Konfreria sanggup menanggung beban itu. Saat misionaris Portugis meninggalkan Flores dan Pulau Timor pada 1770-an, setelah kolonial Belanda yang menganut Calvinis mengambil alih Larantuka, para anggota Konfreria berhasil mempertahankan prosesi Tuan Ma hingga bertahan saat ini. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 137 Gambar 3 Lakademu seusai melakukan prosesi di depan Kapel Tuan Ana, Larantuka, NTT, pada Jumat 25/3. Lakademu adalah orang yang bertugas memandu Keranda Patung Tuan Ana selama prosesi perarakan pada Malam Jumat Agung. CNN Indonesia/Adhi Wicaksono. Prosesi malam ini menyinggahi delapan armida. Di tiap armida acara meliputi Pentakhtaan Salib, Pembacaan Injil, Doa Tanggapan, dan menyanyikan kidung O Vos’dan Signor deo’. Kidung Signor deo’ dibawakan koor laki-laki dan perempuan. Sedangkan kidung O Vos’ dibawakan penyanyi tunggal solis seorang perempuan yang sambil bernyanyi secara perlahan membuka gulungan gambar Yesus yang bermahkota duri. Penyanyi perempuan itu melambangkan Veronikayang mengusap wajah Yesus diunduh pada Sabtu, 26 Oktober 2019 WIB. Teks lengkap lagu itu diambil dari kitab Ratapan 112 dan dinyanyikan dalam bahasa Latin. “O vos omnes qui transitis per viam attendite et videte si est dolor sicut dolor meus” “Hai kamu sekalian yang melintas di jalan, perhatikanlah dan lihatlah apakah ada duka seberat dukaku”. Santa Veronika abad I adalah seorang perempuan yang mengusap wajah Yesus yang sedang berlumuran darah dengan kerudungnya sehingga wajah Yesus tergambar di kerudungnya. Sebenarnya nama perempuan itu tidaklah diketahui. Di dalam tradisi gereja, ia disebut Veronika sebab dalam bahasa Latin Veronika’ berarti gambar nyata’. Nama itu dikenakan pada perempuan tersebut karena wajah Yesus tergambar di kerudungnya. Veronika dihormati sebagai santa karena ketulusannya dalam meringankan beban Yesus yang sedang menderita di dalam perjalanan menuju penyaliban di Golgota. Dikisahkan bahwa setelah peristiwa tersebut Veronika menjadi seorang Kristen. Sebelum meninggal, ia memberikan kerudung berlumuran darah yang bergambar wajah Yesus itu kepada Paus Klemens. Teks Kitab Suci tidak mencantumkan namanya secara eksplisit. Sejumlah ahli mengatakan bahwa nama Veronika secara implisit terdapat dalam teks Matius 920 – Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah duabelas tahun lamanya YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 138 yang berdarah dengan kerudungnya sehingga wajah Yesus tergambar di kerudung Veronika true image. Yang menarik juga dalam kegiatan prosesi ini adalah kehadiran para Remaja Masjid yang bertugas sebagai penjaga keamanan di sekitar katedral. 2. Riwayat Patung Tuan Ma Kepercayaan terhadap Tuan Ma berawal lima abad lampau. Berdasarkan penelitian dan sejumlah sumber tertulis dalam bahasa Belanda dan Portugis, patung Tuan Ma ditemukan pada sekitar 1510 di Pantai Larantuka. Diduga, patung itu terdampar saat kapal Portugis atau Spanyol karam di Larantuka. Konon, saat itu seorang anak laki-laki bernama Resiona menemukan patung berwujud perempuan saat mencari siput di Pantai Larantuka. Kala itu, Resiona mengaku melihat perempuan cantik. Ketika ditanya nama serta dari mana datangnya, perempuan tersebut hanya menunduk lalu menulis tiga kata yang tak dipahami Resiona di pasir pantai. Setelah itu, saat mengangkat mukanya, rupa perempuan itu berubah menjadi patung kayu. Ketiga kata yang ditulis itu lalu dibuatkan pagar batu supaya tidak terhapus air laut. Sedangkan patung setinggi tiga meter tersebut langsung diarak keliling kampung, memasuki korke, rumah-rumah pemujaan milik setiap suku di sana. Kendati waktu itu masyarakat setempat belum mengenal patung tersebut, kepala kampung Lewonama, Larantuka, memerintahkan supaya patung disimpan di korke. Patung kemudian dihormati sebagai benda keramat. Penduduk memberi sesaji setiap perayaan panen. Masyarakat sekitar Larantuka menyebut patung itu sebagai Tuan Ma. Secara harafiah, Tuan Ma berarti tuan dan mama. Masyarakat Lamaholot menyebutnya, Lera Wulan Tanah Ekan. Artinya, Dewa Langit dan Dewi Bumi. Pada 1650, Raja pertama Larantuka Ola Adobala dibaptis dengan nama Don Andreas Martinho Diaz Vieira Gondinho. Ia menyerahkan Kerajaan Larantuka kepada Bunda Maria. Setelah itu pada 1665 putranya, Raja Don Gaspar I, mulai mengarak patung Maria menderita pendarahan maju dan mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Diunduh dari pada Kamis, 17 Oktober 2019 WIB. Koke Bale atau Korke merupakan rumah adat suku Lamaholot di Nusa Tenggara Timur. Istilah Koke Bale sendiri terdiri atas dua kata yakni koke atau boke yang memiliki arti titik pusat dan bale yang berarti tempat tinggal atau rumah. Sehingga, Koke Bale dapat bermakna rumah induk, rumah asal, atau rumah leluhur dari diunduh pada Kamis, 17 Oktober 2019 WIB. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 139 keliling Larantuka. Dalam perkembangannya, Raja Don Lorenzo I bersumpah kepada Maria atau Tuan Ma dengan memberi gelar tertinggi kepada Maria sebagai ratu orang Larantuka. Oleh karena itu, Larantuka disebut sebagai Kota Reinha bahasa Portugis atau Kota Ratu, Kota Maria. Tuan Ma kemudian diyakini sebagai Bunda Maria milik orang Larantuka. Devosi kepada Maria menjadi sentral hidup keluarga dan masyarakat Larantuka. Dalam hal ini, masyarakat Larantuka sangat memercayai adagium Latin, yaitu Per Mariam ad Iesum. Artinya, melalui Maria menuju kepada Yesus. Proses inkulturasipun terjadi antara kepercayaan masyarakat lokal, ajaran gereja, dan tradisi yang dibawa Portugis. 3. Perbedaan intensi prosesi Sebenarnya prosesi mengarak patung Maria berduka cita Maria Adolorata adalah ritual yang biasa dan wajar dilaksanakan di negara-negara berbudaya Katolik. Misalnya, Italia, Spanyol, dan Portugis. Akan tetapi, tentu saja masing-masing memiliki karakteristik. Karakteristik itu sangat dipengaruhi budaya setempat. Selain karakteristik, masing-masing prosesi juga memiliki penekanan yang berbeda. Salah satu contohnya adalah prosesi arak-arakan patung Maria berduka cita Maria Adolorata di Sisilia, Italia. Tekanan prosesi arak-arakan patung Maria Adolorata di Sisilia terletak pada ratapan. Hampir seluruh Gereja di Sisilia mengiringi arak-arakan jenazah Yesus dengan ratapan yang berasal dari daerah Rafadalli, Sisilia ini. Ratapan ini merupakan lagu arkaik yang melukiskan kesedihan Maria atas wafat Puteranya. Irama ratapan ini naik turun, nyaris mirip dengan alunan orang mengaji yang biasa terdengar dari pengeras suara masjid. Ratapan yang biasanya diteriakkan orang-orang lanjut usia ini merupakan salah satu wajah budaya Arab-Normandia yang masih tertinggal. Banyak umat, terutama yang lanjut usia mencucurkan air matanya saat mendengar lolongan ratapan tersebut. Saat ratapan menggema, dusun itu terasa sangat hening. Suara-suara cerewet dan celoteh Hans J. Daeng, Upaya Inkulturasi Gereja Katholik Di Manggarai dan Ngada, Flores Yogyakarta Disertasi UGM, 1989, 23 Inkulturasi adalah proses yang di dalamnya komunitas Gerejawi menghayati iman dan pengalamannya dalam konteks budaya sedemikian rupa, sehingga hal-hal itu tidak hanya terungkap dalam unsur-unsur budaya lokal, tetapi malahan menjadi kekuatan yang menyemangati, membentuk, dan dengan jelas memperbarui kebudayaan itu seolah-olah menjadi satu ciptaan baru. Sedangkan menurut Paus Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Redemptoris Missio AAS 83 1991, 300 Inkulturasi adalah transformasi mendalam dari nilai-nilai budaya asli yang diintegrasikan ke dalam kristianitas dan penanaman kristianitas ke dalam aneka budaya manusia yang berbeda-beda. Viktorahadi Pr., Tujuh Pengalaman Iman dari Tiga Negara Yogyakarta Kanisius, 2013, 127-128. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 140 manusia, semua binasa, seperti mobil yang mesinnya baru dimatikan. Senyap. Angin malam dan angin pagi yang berhembus turut membuat suasana terasa memilukan. Dusun dipenuhi genangan ratapan. Suasana sedih ini selaras dengan maksud atau intensi peringatan Jumat Agung, yaitu peringatan atau penghadiran kembali sengsara Yesus Kristus. Di dalam ibadat Jumat Agung perhatian utama jemaat yang mengikutinya terarah pada passio atau kisah sengsara Yesus. Secara teologis Konsili Trente menetapkan bahwa oleh kesengsaraan-Nya yang kudus pada kayu salib, Yesus memeroleh bagi manusia pembenaran. Sengsara itu sekaligus menekankan keunikan kurban Kristus sebagai pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya’. Dalam praktiknya, Gereja atau jemaat yang mengikuti ibadat Jumat Agung itu menghormati salib dengan menyanyikan “O crux, ave, spes unica! – Salam, o salib suci, engkaulah harapan dunia ini satu-satunya!”Singkatnya, dalam ibadat Jumat Agung yang biasa dirayakan jemaat Katolik di seluruh dunia, sosok utamanya adalah Yesus. Bunda Maria menjadi sosok sekunder dalam kapasitasnya sebagai pengantara kepada Sang Putera, yaitu Yesus itu sendiri. Ini seperti yang diungkapkan dalam adagium Latin, yaitu Per Mariam ad Iesum. Artinya, melalui Maria menuju kepada Yesus. 4. Kearifan lokal Larantuka Pada masyarakat atau jemaat Katolik Larantuka, nampaknya sosok Bunda Maria mendapat peran yang lebih sentral dalam ibadat Jumat Agung. Itu tercermin dalam prosesi perarakan patung Tuan Ma. Diduga kuat, hal ini dipengaruhi nilai kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Larantuka. Selain budaya Katolik yang memang sangat menghormati Bunda Maria, ideologi mengenai sosok perempuan sebagai representasi alam semesta dalam nilai budaya etnis Lamaholot penghuni awal Larantuka yang dikenal dengan sebutan Lewotana menjadi temuan penting dalam mengkaji fenomena dominasi kultural sosok Bunda Maria. Sistem religi awal masyarakat Larantuka Lera Wulan Tana Ekan juga memiliki andil. Sistem religi itu memercayai adanya roh dan mahkluk gaib yang memengaruhi kehidupan manusia. Salah satunya adalah Tonu Wujo yang dipercaya Konsili Trente, Decretum de iustificatione DS 1529 Sua sanctissima passione in ligno crucis nobis iustificationem meruit. Surat kepada Orang Ibrani 59. Congregatio Pro Cultu Divino, Additio liturgica ad Hymnum Vexilla Regis’ Liturgia Horarum, editio typica Roma Typis Polyglottis Vaticanis, 1974, 313. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 141 sebagai dewi kesuburan. Etnis Lamaholot sangat mengagumi dan menghormati Tonu Wujo sebagai dewi kesuburan. Hal inilah yang menyebabkan mengapa hadirnya patung Tuan Ma Bunda Maria dulu dianggap sebagai kehadiran Tonu Wujo dalam bentuk lain. Sosok Bunda Maria memiliki implikasi yang masif pada masyarakat Larantuka. Hal ini nampak pada ideologi masyarakat lokal yang menjadikan Bunda Maria sebagai ratu pelindung Kota Larantuka. Sosok suci yang menjadi panutan bagi para perempuan Larantuka, khususnya ibu dalam menjalani kehidupannya. Indikasi dominasi sosok Bunda Maria dapat ditemukan dalam gagasan, perilaku sosial yang dilakukan dengan sadar maupun tidak, dan artefak pada konstruksi sistem sosio-kultural masyarakat Larantuka. Hal tersebut lebih nampak pada ritual Semana Santa yang memang secara eksplisit diselenggarakan sebagai rasa hormat terhadap sosok Bunda Maria. Konfreria atau Laskar Maria menjadi pihak penyelenggara utama sekaligus pelestari ritual ini. Fenomena perubahan dalam budaya masyarakat Larantuka dari pra-Katolik menuju Katolik hanyalah pada tataran perilaku sosial dan artefak. Jika dilihat dengan teliti, nilai budaya masyarakat Larantuka mengenai penghormatan terhadap sosok perempuan atau seorang ibu tidak berubah. Nilai tersebut tetap eksis yang secara simbolik terepresentasi oleh sosok Bunda Maria. Begitu kuat kebaktian masyarakat Larantuka kepada Bunda Maria sehingga Raja Larantuka sendiri memberi gelar Maria Reinha Larantuka’ kepada Bunda Maria. Konsep ini lahir dari suatu pengalaman antropologis manusiawi bahwa seorang ibu memenuhi kebutuhan anaknya. Hubungan krusial tersebut lantas dikaitkan dengan hubungan antara manusia dengan alam. Bumi dan alam raya beserta isinya Mother Earth atau Mother Nature menyediakan kebutuhan-kebutuhan kehidupan manusia. Gagasan tentang suatu kosmos atau jagad yang hidup tersebut sejalan dengan sistem religi mereka, yaitu Lera Wulan Tanah Ekan. Lera Wulan berarti matahari-bulan’ lalu digabungkan menjadi satu kata yang berarti langit’. Sedangkan Tana Ekan berarti bumi’. Sistem kepercayaan mereka ini berangkat dari keyakinan dan kekaguman mereka akan adanya kekuatan yang dimiliki alam atau kosmos. Alam semesta dilihat sebagai Abima Narasatriangga, Purwadi, I Nyoman Dhana, “Dominasi Kultural Figur Bunda Maria Dalam Ritual Semana Santa Pada Masyarakat Larantuka, Flores Timur,” Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol November 2018, 937. Fransiskus Emanuel da Santo, Hari Bae di Nagi Tana – Pekan suci di Larantuka Larantuka Komisi Kateketik Keuskupan Larantuka, 2010, 33. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 142 sesuatu yang sakral sehingga dianggap memiliki jiwa atau roh. Mereka juga percaya bahwa benda-benda alam seperti batu atau pohon-pohon besar sebagai tempat tinggal roh-roh para leluhur mereka. Atas dasar nilai budaya Lewotana dan sistem religi Lera Wulan Tanah Ekan tersebut, orang Lamaholot sangat menghormati lingkungannya. Alam raya dipandang sebagai sesuatu yang sakral yang telah memberikan mereka kehidupan juga sebagai tempat roh-roh atau jiwa leluhur mereka yang sudah meninggal dunia. Keberlangsungan dan kebutuhan hidup mereka, termasuk kebutuhan papan-pangan-sandang dan lainnya berasal dari alam sekitar. Menurut Agustinus Iri, seorang imam Katolik yang bertugas di Larantuka, orang Lamaholot memandang sosok perempuan atau ibu itu sebagai manifestasi dari alam raya. Sedangkan figur laki-laki adalah representasi seorang raja atau pemimpin yang harus memperlakukan alam sekitarnya dengan bijaksana. Hal tersebut lalu berkorelasi dalam kehidupan suami-istri. Istri sekaligus seorang ibu yang secara ideal senantiasa menjadi sumber kehidupan’ anak dan juga suaminya. Etnis Lamaholot adalah masyarakat dengan orientasi berpikir yang feminis. Hal ini dapat ditegaskan dengan cerita rakyat folklore dan mitologi mereka mengenai manusia pertama, yaitu seorang perempuan bernama Watowele yang dikisahkan terlahir dari sebuah batu di Gunung Ile Mandiri. Gagasan tersebut merupakan bagian dari sistem religi etnis Lamaholot Lera Wulan Tanah Ekan. Kemudian diperkuat dengan adanya sosok supranatural yang bernama Tonu Wujo yang juga sosok perempuan. Tonu Wujo adalah sesosok dewi kesuburan yang disakralkan, disembah, dan diselenggarakan ritual baginya dalam kaitannya dengan sektor pertanian. Pada kelompok etnis Lio di kabupaten Ende, gadis ini dimitoskan sebagai pemberi padi bernama Ine Mbu atau Ina Pare. Sedangkan di Ata Baolangu, Lembata perempuan ini dikenal dengan Ina Peni dan di Tana Ai, Maumere dikenal sebagai Du’a Pare’ Wai NaluOktovianus Sila Wuri Subanpulo, “Pengaruh Budaya Lamaholot dalam Ruang Kota Larantuka,” Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Biro Penerbit Planologi Undip 3, September 2012, 251. Wawancara dilaksanakan di Bandung pada 12-13 Oktober 2019. Yoseph Yapi Taum, Kisah Watowele-Lia Nurat dalam Tradisi Puisi Lisan Flores Timur Jakarta Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan, 1997, 243-245. Kohl, Der Tod der Reisjungfrau, Mythen, Kulte und Alianzen in Einer Ostindonesischen Lokalkultur, Terjemahan Raran Tonu Wujo Aspek-aspek Inti Sebuah Budaya Lokal di Flores Timur oleh Paul Sabon Nama Maumere Penerbit Ledalero, 2009, 146. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 143 Menurut Agustinus Iri, terutama setelah hadirnya patung jelmaan Tonu Wujo yang sebenarnya adalah patung Tuan Ma di Larantuka, ikatan emosional dan psikologis antara orang Lamaholot dengan Tonu Wujo kuat dan intim. Eksistensi Tonu Wujo sangat krusial. Keadaan itu terus berlangsung hingga misionaris Portugis memperkenalkan Bunda Maria sekaligus menjelaskan bahwa patung jelmaan Tonu Wujo itu adalah patung Bunda Maria. Berkat kearifan lokal dalam diri sosok Tonu Wujo itu masuknya unsur budaya Katolik yang memiliki sosok Perawan Suci Maria tidak mengalami banyak hambatan. Kisah hidup Bunda Maria yang mengisahkan sifat-sifat mulianya pun mendukung proses penerimaan gagasan baru bagi etnis Lamaholot. Gagasan baru ini membentuk versi baru’ Tonu Wujo dalam wujud Bunda Maria. Gagasan baru itu semakin nampak dengan adanya fenomena patung Tuan Ma yang sebelum kedatangan para misionaris dianggap masyarakat pra-Katolik Larantuka sebagai jelmaan sosok Tonu Wujo. Pandangan ini mempermudah budaya Katolik masuk mensubstitusi sosok Tonu Wujo dengan Bunda Maria. Substitusi itu semakin mudah berkat citra Bunda Maria yang penuh dengan kasih sayang, ketabahan, dan penuh perjuangan, selaras dengan dengan nilai kearifan lokal budaya Lamaholot yang sangat feminis. Sebenarnya nilai kearifan lokal budaya Lamaholot yang sangat feminis ini dapat dipandang sebagai praktik-praktik maternal yang didasarkan pada kepentingan merawat dan membesarkan. Tujuan dari praktik-praktik maternal ini bukanlah dominasi dan penaklukan, melainkan mengadakan keseimbangan dalam relasi, melakukan perawatan, penumbuhan, dan pengembangan. Dalam praktik-praktik maternal, anak tidak dilihat sebagai suatu dualisme seperti yang dikemukakan teori Descartes, yaitu adanya badan fisik dan adanya mind jiwa-rohani. Akan tetapi, bagi intuisi maternal, badan dan mind atau jiwa seorang anak merupakan kesatuan dengan dirinya yang berdasarkan maternal spirit yang terus hidup dan berkembang, pendasaran moral dan nilai-nilai maternal dapat menyelesaikan hal-hal penting. Misalnya, kekerasan dan ketidakadilan yang sering dijumpai dalam konflik atau peperangan, baik di tingkat domestik maupun publik. Andrea Nye, Philosophy and Feminism New York Twyne Publishers, 1995, 49. Sara Ruddick, “Maternal Thinking,” Women and Values, Marilyn Pearsall ed. California Wadsworth Publishing Company, 1993, 396. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 144 Menurutnya, maternal thinking menebarkan harapan dan kedamaian. Nilai-nilai filosofis inilah yang terdapat dalam kearifan lokal masyarakat Larantuka yang feminis. C. SIMPULAN Prosesi perarakan patung Tuan Ma yang adalah bagian dari Semana Santa menjadi sarana pengungkapan dua nilai yang dimiliki masyarakat Larantuka, yaitu nilai iman atau religiusitas dan nilai kearifan lokal pra-Katolik yang feminis. Hal itu terjadi dalam proses akulturasi budaya, tradisi iman Katolik merasuki nilai kearifan lokal setempat. Nilai kearifan lokal yang menempatkan sosok perempuan dalam diri Tonu Wujo mendapat tempat yang pas dalam sosok Bunda Maria Tuan Ma. Kearifan lokal yang feminis ini menjadi pintu masuk bagi sosok Bunda Maria. Pandangan ini mempermudah budaya Katolik masuk mensubstitusi sosok Tonu Wujo dengan Bunda Maria. Substitusi itu semakin mudah berkat citra Bunda Maria yang penuh dengan kasih sayang, ketabahan, dan penuh perjuangan, selaras dengan nilai kearifan lokal budaya Lamaholot yang sangat feminis. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan intensi utama ritual Semana Santa atau Pekan Suci yang umum diyakini Gereja Katolik, terjadi pergeseran intensi penokohan. Gereja Katolik menempatkan Yesus sebagai tokoh atau sosok sentral dari ritual Pekan Suci atau Jumat Agung secara khusus. Sedangkan, jika dilihat dari praktik ritual, terutama prosesi perarakan patung Tuan Ma ditambah dengan pengaruh kearifan lokal yang feminis, nampaknya masyarakat Larantuka lebih menempatkan sosok Bunda Maria sebagai sentralnya. Dalam hal ini, prosesi perarakan patung Tuan Ma memberi tempat lebih sentral bagi kearifan lokal dibandingkan bagi nilai religiusitas. DAFTAR PUSTAKA Bachtiar, Palmira Permata. Sulton Mawardi. Deswanto Marbun. Iklim Usaha di Kabupaten Flores Timur Flotim Kajian Kondisi Perekonomian dan Regulasi Usaha. Jakarta Lembaga Penelitian SMERU, 2014. Bala, Kristoforus. Santa Maria Ratu Rosario sebagai Bintang Misi-Evangelisasi di Nusa Tenggara Malang Seri Filsafat dan Teologi, Vol. 25 No. Seri 24, 2015, 98-148. Belang, Agustina Angeliana. Agustina Nurul Hidayati. Endratno Budi Santosa. “Arahan Pengembangan Wisata Religi Kegiatan Prosesi Jumad Agung Kota Larantuka.” Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011, 1-10. Congregatio Pro Cultu Divino, Additio liturgica ad Hymnum Vexilla Regis’ Liturgia Horarum, editio typica. Roma Typis Polyglottis Vaticanis, 1974. _________________________ , Litteræ Circulares De Festis Paschalibus Præparandis et Celebrandis. Roma, 16 Januari 1988. da Santo, Fransiskus Emanuel. Hari Bae di Nagi Tana – Pekan suci di Larantuka. Larantuka Komisi Kateketik Keuskupan Larantuka, 2010. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 145 Daia, Willem. Menanggapi Harta Rohani Bersama Bunda Maria. Yogyakarta Yayasan Pustaka Nusatama, 2001. Daeng, Hans J. Upaya Inkulturasi Gereja Katholik Di Manggarai Dan Ngada, Flores. Yogyakarta Disertasi UGM, 1989. Friedman, Hershey H. The Power of Repentance Penitents Baalei Teshuvah of the Talmud and Midrash. New York Brooklyn College, 2018. Gusmão, Martinho G. da Silva. Menantikan Loro-sae Refleksi Peziarahan Gereja bersama Masyarakat Timor Timur. Malang Study Group Fraters Timor Timur, 1997. Haviland, William A. Antropologi Jilid 2. Jakarta Erlangga, 1985. Jebarus, E. 125 Tahun Gereja Katedral Larantuka. Maumere Penerbit Ledalero, 2011. Kedang, Rufin. Tradisi Semana Santa di Larantuka Flores. Melbourne Oakleigh South, 2017. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta Radar Jaya Offset, 1979. Kohl, Der Tod der Reisjungfrau, Mythen, Kulte und Alianzen in Einer Ostindonesischen Lokalkultur, Terjemahan Raran Tonu Wujo Aspek-aspek Inti Sebuah Budaya Lokal di Flores Timur oleh Paul Sabon Nama. Maumere Penerbit Ledalero, 2009. Konsili Trente, Decretum de iustificatione DS 1529. Maran, Jeverson Peri. “Etnomatemaika dalam Ritus Agama Katolik Larantuka.” Prosiding Sendika 2019, 473-480. Martasudjita, E. Ekaristi. Yogyakarta Kanisius, 2011. Mulkhan, Abdul Munir. “Pembelajaran Filsafat Berbasis Kearifan Lokal.” Jurnal Filsafat Agustus 2007, 133-149. Narasatriangga, Abima. Purwadi. I Nyoman Dhana. “Dominasi Kultural Figur Bunda Maria Dalam Ritual Semana Santa Pada Masyarakat Larantuka, Flores Timur.” Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol November 2018, 935-942. Nye, Andrea. Philosophy and Feminism. New York Twyne Publishers, 1995. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur Dewan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian World Food Programme, Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Nusa Tenggara Timur tahun 2015. Profil Kantor Kementerian Agama Kabupaten Flores Timur Tahun 2014. Ratri, Maria Monika. Doa-doa Devosi. Jakarta Obor, 2003. Ruddick, Sara. “Maternal Thinking,” Women and Values, Marilyn Pearsall ed.. California Wadsworth Publishing Company, 1993. Sánchez López, Muerte y confradias de passion en la Málaga del siglo XVIII. La imagen procesional del Barroco y su proyección en las mentalidades. Málaga Universidad de Málaga, 1990. Subanpulo, Oktovianus Sila Wuri. “Pengaruh Budaya Lamaholot dalam Ruang Kota Larantuka.” Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Biro Penerbit Planologi Undip 3, September 2012, 247-256. Taum, Yoseph Yapi. Kisah Watowele-Lia Nurat dalam Tradisi Puisi Lisan Flores Timur. Jakarta Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan, 1997. Viktorahadi Pr., Tujuh Pengalaman Iman dari Tiga Negara. Yogyakarta Kanisius, 2013. Yohanes Paulus II, Ensiklik Redemptoris Missio AAS 83 1991. YAQZHAN Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Bhanu Viktorahadi 146 Tautan internet diunduh pada Kamis, 17 Oktober 2019 WIB. diunduh pada Kamis, 17 Oktober 2019 WIB. diunduh pada Kamis, 17 Oktober 2019 WIB. diunduh pada Sabtu, 19 Oktober 2019 WIB. diunduh pada Sabtu, 26 Oktober 2019 WIB. diunduh pada Sabtu, 26 Oktober 2019 WIB. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Sila Wuri SubanpuloProvinsi Nusa Tenggara Timur NTT memiliki keragaman etnis dengan latar belakang bahasa, adat,budaya yang berbeda. Tersebar di seluruh wilayah NTT, masing-masing etnis tersebut masih terbagidalam berbagai suku/marga yang biasa disebut Klen. Larantuka, ibukota Kabupaten Flores Timurmerupakan bagian suku-bangsa Lamaholot. Di kota ini terdapat pengelompokan-pengelompokanpermukiman berbasis etnis yang terdiri dari Komunitas Lewo Waibalun, Lewo Lere, Lewo Balela, LewoLarantuka, dan Lewo Lebao. Komunitas tradisional ini mencakup level masyarakat kecil, menengah danatas, dan didasarkan pada kesamaan suku, agama, dan ras. Larantuka Sebagai bekas kota kerajaanLarantuka memiliki ciri identitas sebagai kampung tradisional Lamaholot yang pada masa lalu merupakankawasan yang dihuni oleh golongan kakang nuba pendamping raja. Seiring perubahan kehidupanmasyarakat seiring waktu, terjadi pula perubahan pada struktur dan pola hunian dan sarana prasaranayang merupakan elemen pembentuk struktur masyarakat Lamaholot di Larantuka. Perubahan lain juganampak pada berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat. Sebagai akibat dari proses perubahantersebut secara cepat atau lambat dikuatirkan dapat mempengaruhi kualitas lingkungan permukimanbahkan dapat menghilangkan identitas sebagai kampung tradisional Lamaholot serta potensi historisKota Loro-sae Refleksi Peziarahan Gereja bersama Masyarakat Timor Timur. Malang Study Group Fraters Timor TimurMartinho G GusmãoDa SilvaGusmão, Martinho G. da Silva. Menantikan Loro-sae Refleksi Peziarahan Gereja bersama Masyarakat Timor Timur. Malang Study Group Fraters Timor Timur, Jilid 2. Jakarta ErlanggaWilliam A HavilandHaviland, William A. Antropologi Jilid 2. Jakarta Erlangga, Tahun Gereja Katedral Larantuka. Maumere Penerbit LedaleroE JebarusJebarus, E. 125 Tahun Gereja Katedral Larantuka. Maumere Penerbit Ledalero, 2011. Kedang, Rufin. Tradisi Semana Santa di Larantuka Flores. Melbourne Oakleigh South, de iustificatione DS 1529Konsili TrenteKonsili Trente, Decretum de iustificatione DS dalam Ritus Agama Katolik LarantukaJeverson MaranPeriMaran, Jeverson Peri. "Etnomatemaika dalam Ritus Agama Katolik Larantuka." Prosiding Sendika 2019, Kultural Figur Bunda Maria Dalam Ritual Semana Santa Pada Masyarakat Larantuka, Flores TimurAbima NarasatrianggaPurwadiNyoman DhanaNarasatriangga, Abima. Purwadi. I Nyoman Dhana. "Dominasi Kultural Figur Bunda Maria Dalam Ritual Semana Santa Pada Masyarakat Larantuka, Flores Timur." Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol November 2018, Provinsi Nusa Tenggara Timur Dewan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian World Food ProgrammeAndrea NyePhilosophyFeminismNye, Andrea. Philosophy and Feminism. New York Twyne Publishers, 1995. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur Dewan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian World Food Programme, Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Nusa Tenggara Timur tahun y confradias de passion en la Málaga del siglo XVIII. La imagen procesional del Barroco y su proyección en las mentalidadesJ A Sánchez LópezSánchez López, Muerte y confradias de passion en la Málaga del siglo XVIII. La imagen procesional del Barroco y su proyección en las mentalidades. Málaga Universidad de Málaga, 1990.
Kisahbahwa Yesus bangkit dikuatkan dengan kisah penampakan Yesus. Pertama kali Yesus menampakkan diri kepada Maria dari Magdala, Maria Ibu Yakobus dan Salome (bdk. Mat 28:9-10; Yoh 20:11-18). Merekalah saksi kebangkitan Yesus yang pertama kali. Sesudah itu Yesus menampakkan diri kepada Petrus, kemudian kepada kedua belas murid-Nya (bdk. 1 Kor
Taman Doa "Bunda Maria Segala Suku" di halaman kompleks Seminari Interdiosesan "San Giovanni XXIII" Malang. Laurensius Suryono KARYA keselamatan atas umat manusia berpusat pada Tuhan Yesus Kristus. Karya itu terpenuhi pada saat Dia wafat di kayu salib. Pada saat itu hadir dua tokoh penting, yakni Yohanes, salah satu murid-Nya dan Maria, Ibunda-Nya. Yohanes, pengarang injil mewartakan momen itu kepada kita Yohanes 19 25-27. Kehadiran dua tokoh itu menjadi amat penting, karena dari atas salib Tuhan Yesus menyampaikan dua pesan penting kepada mereka. Pertama, Yesus berkata kepada Ibu-Nya tentang murid itu. “Ibu, inilah, anakmu.” Yohanes 19 26. Kedua, Dia berkata tentang ibu-Nya kepada Yohanes, “Inilah ibumu.” Yohanes 19 27. Konsekuensi dari sabda itu amat mendalam bagi Gereja. “Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” Yohanes 19 27. Kemudian, Tuhan Yesus menyelesaikan karya penebusan-Nya Yohanes 19 28-30. Kisah Para Rasul mencatat bahwa Bunda Maria bersama-sama dengan para rasul dan diterima di antara mereka. Setelah Yesus terangkat ke surga Bunda Maria berada di antara mereka. “Dengan sehati mereka semua bertekun dalam doa bersama, dengan beberapa perempuan serta Maria, Ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.” Kisah Rasul 1 14. Berdasarkan sabda dalam Kitab Suci di atas, Gereja mengangkat dan menghormati Bunda Maria sebagai Bunda Gereja. Jadi, posisi dan peranan itu diberikan berdasarkan Sabda Yesus dan tindakan Maria yang menyertai komunitas Gereja awali para murid yang bertekun dalam doa bersama. Karena landasan alkitabiahnya kuat, Gereja mengajarkannya dalam Katekismus Gereja Katolik. “Perawan Maria yang Terberkati itu Bunda Gereja sesuai dengan rahmat yangditerimanya karena Maria sudah melahirkan Yesus, PutEra Allah, Kepala dari TubuhMistik-Nya, yaitu Gereja. Ketika Yesus tergantung di kayu salib, Dia menyerahkanibu-Nya kepada murid-Nya dengan kata-kata ini ”Inilah ibumu” Yoh 1927. Bunda Maria diangkat sebagai Bunda Gereja, karena Tuhan Yesus yang memberikannya. Jadi, Bunda Maria itu Bunda, pemberian Tuhan Yesus. Senin, 29 Mei, 2023Peringatan Santa Perawan Maria, Bunda GerejaAlherwanta, O. Carm.
DalamKitab Wahyu, Bunda Maria tampak jelas digambarkan sebagai Ratu Surga: Dia menggunakan Mahkota, melahirkan Raja dari Keturunan Daud, dan berperang melawan Naga (Wahyu 11-12). Mari kita lihat ciri-ciri Kerajaan Daud yang diwariskan kepada Yesus. Luk 1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. - Sedikit yang diketahui mengenai riwayat hidup Maria dari Perjanjian Baru. Dia adalah kerabat dari Elizabet, istri dari imam Zakaria anggota golongan imam Abia. Elizabet sendiri seorang keturunan Harun Maria bertempat tinggal di Nazareth di Galilea, kemungkinan bersama dengan kedua orang tuanya, dan sementara itu telah dipertunangkan dengan Yusuf dari Keluarga Daud. Para Apologis Kristen kadang-kadang menduga bahwa Maria, sebagaimana Yusuf, juga adalah seorang keturunan Raja Daud. Selama masa pertunangan mereka – yakni tahap pertama dalam pernikahan Yahudi; selama masa tersebut, pasangan yang dipertunangkan tidak diperbolehkan sama sekali untuk berduaan saja di bawah satu atap, meskipun sudah sah disebut suami isteri – Malaikat Gabriel mewartakan kepadanya bahwa dia akan menjadi ibu dari Mesias yang dijanjikan itu dengan cara mengandungnya melalui Roh Kudus. Ketika Yusuf diberitahukan mengenai kehamilan Maria dalam sebuah mimpi oleh "seorang malaikat Tuhan", dia terkejut; namun malaikat itu berpesan agar Yusuf tidak gentar dan mengambil Maria sebagai isterinya. Yusuf mematuhinya dengan secara resmi melengkapi ritus pernikahan itu. Karena malaikat telah memberitahukan Maria bahwa Elizabet, yang sebelumnya mandul, kini secara ajaib telah mengandung, Maria lalu segera mengunjungi kerabatnya itu, yang tinggal bersama suaminya Zakaria di sebuah kota Yudea "di daerah perbukitan" kemungkinan di Yuttah, bersebelahan dengan Maon, sekitar 160 km dari Nazareth. Begitu Maria tiba dan menyalami Elizabet, Elizabet dengan segera menyatakan Maria sebagai "ibu dari Tuhannya", dan atas pernyataan itu Maria menyanyikan sebuah kidung ungkapan syukur yang umum dikenal sebagai Magnificat. Tiga bulan sesudahnya, tampaknya segera setelah kelahiran Yohanes Pembaptis, Maria pulang ke rumahnya. Ketika kehamilan Maria sendiri makin membesar, tiba sebuah dekret dari kaisar Romawi Augustus yang menitahkan agar Yusuf dan sanak keluarganya pergi ke Betlehem, sekitar 80 atau 90 mil kurang lebih 130 km dari Nazareth, untuk mengikuti sensus. Ketika mereka berada di Betlehem, Maria melahirkan putera sulungnya; namun karena tidak ada tempat bagi mereka di penginapan tempat bernaung yang disediakan bagi orang-orang asing[, SiapaBunda Maria Suci sejak awal hingga akhir dapat kita ketahui dan telusuri jejaknya dalam Kitab Suci, sejak dari kitab Kejadian sampai dengan kitab Wahyu. Memang, nama Maria ibu Yesus itu sendiri hanya muncul pada bagian awal dari kitab-kitab Injil. Namun seperti juga Yesus, Maria juga tampil dalam berbagai figur-figur tertentu dalam Kitab
Menurut bukti tertua yang ada, pemujaan terhadap Maria dimulai pada akhir abad ke-4. Pada waktu itu, Gereja Katolik menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi. Jadi, orang-orang yang sebelumnya menyembah dewa-dewi akhirnya mengaku beragama Kristen. Gereja juga mengadopsi ajaran Tritunggal, yang tidak berdasarkan Alkitab. Ajaran Tritunggal membuat para anggota gereja menyimpulkan bahwa Yesus adalah Allah, sehingga Maria pasti adalah bunda Allah. Pada tahun 431 M, sebuah konsili gereja di Efesus secara resmi menyatakan bahwa Maria adalah ”Bunda Allah”. Setelah Konsili Efesus itu, orang-orang mulai memuja Maria secara berlebihan dalam bahasa Inggris disebut Mariolatry, dan kebiasaan ini semakin berkembang. Selain itu, jumlah penyembah dewa-dewi yang menjadi anggota gereja semakin banyak. Akibatnya, patung dan gambar dewi-dewi kesuburan mereka, seperti Artemis orang Romawi menyebutnya Diana dan Isis, pelan-pelan digantikan dengan patung dan gambar Perawan Maria. Pada tahun 432 M, Paus Sixtus III memerintahkan agar sebuah gereja dibangun di Roma untuk menghormati ”Bunda Allah”. Gereja itu dibangun di dekat tempat yang dulunya adalah lokasi sebuah kuil. Kuil itu dibuat untuk menghormati Lucina, dewi kelahiran yang dipuja orang Romawi. Seorang penulis menjelaskan bahwa gereja itu adalah ”simbol abadi dari bercampurnya penyembahan Ibu Agung dalam kekafiran dengan penyembahan Maria setelah Roma mengadopsi Kekristenan”.​—Mary​—The Complete Resource.
Mariasang madonna mariakatolik:santa mariaortodoks:theotokosislam:siti maryamlahir8 septembernazaretwafatgetsemani, yerusalemtempat zairahbasilika santa maria maggiore maria (aram: מרים; yunani: Μαριαμ; arab: مريم) adalah ibu dari yesus menurut alkitab perjanjian baru[1], dan ibu dari isa menurut al-qur'an[2]. maria merupakan tunangan yang kemudian menjadi istri dari santo yusuf Sengsara, Wafat, Kebangkitan dan Kenaikan Yesus adalah materi ke lima Pendidikan Agama Katolik Kelas X. Pada materi ini kita diajak untuk memahami pribadi Yesus Kristus yang rela menderita, sengsara, wafat, dan bangkit demi kebahagiaan manusia. Serta mampu meneladani pribadi Yesus Kristus yang rela menderita , sengsara, wafat, dan bangkit demi kebahagiaan manusia. Materi pembelajaran tentang Kebangkitan dan Kenaikan Yesus ke Surga cukup berat. Tetapi pemahaman tentang materi ini sangat penting, sebab merupakan dasar iman kristiani. Berkaitan dengan peristiwa kebangkitan Yesus, Perjanjian Baru mencatat dua peristiwa penting, yakni peristiwa makam kosong dan penampakan Yesus kepada para murid-Nya. Untuk dalam memahami Sengsara, Wafat, Kebangkitan dan Kenaikan Yesus, kita akan membaginya dalam 2 pokok bahasan, yaitu A. Kebangkitan Yesus B. Kenaikan Yesus Kristus ke Surga A. Kebangkitan Yesus Kabangkitan Yesus merupakan peristiwa besar yang terjadi kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Maka kita dapat memahami peristiwa tersebut merupakan peristiwa sejarah, dimana kubur yang telah kosong menjadi bukti nyata kabangkitan Yesus, serta penampakanNya sebagai manusia yang telah bangkit membuktikan peristiwa besar itu. Kebangkitan Yesus merupakan peristiwa sejarah Perjanjian Baru menegaskan bahwa kebangkitan Yesus dari alam maut merupakan kejadian yang benar-benar terjadi dalam sejarah manusia dan sejarah keselamatan. Malahan Santo Paulus telah menulis kepada umat di Korintus sekitar tahun 56 “Yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; dan bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya” 1 Kor 153-4. Rasul Paulus berbicara di sini tentang tradisi yang hidup mengenai kebangkitan, yang ia dengar sesudah pertobatannya di depan pintu gerbang Damaskus bdk. Kis 93-18. Kubur kosong menandai Kristus yang bangkit Kitab Suci Perjanjian Baru menceritakan tentang makam kosong sebagai titik awal kisah kebangkitan Yesus. Tetapi kejadian makam kosong ini tidak langsung dengan sendirinya menjadi bukti tentang kebangkitan. Perempuan-perempuan yang melihat makam Yesus yang kosong, awalnya berpikir bahwa jenazah Yesus diambil orang bdk. Yoh2013; Mat 2811-15. Walaupun demikian, makam kosong itu adalah satu bukti yang sangat penting untuk semua orang. Dengan melihat kejadian makam kosong, dan melihat “kain kafan terletak di tanah” Yoh 206, maka mereka menjadi percaya bahwa Yesus benar-benar bangkit Yoh 208. Mereka akhirnya percaya, bahwa jenazah Yesus tidak diambil oleh manusia, dan bahwa Yesus tidak kembali lagi ke suatu kehidupan duniawi seperti Lasarus bdk. Yoh 1144. Yesus menampakkan Diri Kisah bahwa Yesus bangkit dikuatkan dengan kisah penampakan Yesus. Pertama kali Yesus menampakkan diri kepada Maria dari Magdala, Maria Ibu Yakobus dan Salome bdk. Mat 289-10; Yoh 2011-18. Merekalah saksi kebangkitan Yesus yang pertama kali. Sesudah itu Yesus menampakkan diri kepada Petrus, kemudian kepada kedua belas murid-Nya bdk. 1 Kor 155. Mengapa Kristus Bangkit? St. Thomas Aquinas menjelaskan bahwa ada lima alasan mengapa Kristus bangkit. Pertama, untuk menyatakan keadilan Allah. Kristus yang rela taat pada kehendak Allah, menderita dan wafat sudah selayaknya ditinggikan dengan kebangkitan-Nya yang mulia. Kedua, untuk memperkuat iman kita. Rasul Paulus menuliskan, “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.” 1Kor 1514 Dengan kebangkitan-Nya, maka Kristus sendiri membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, dan membuktikan bahwa kematian-Nya bukanlah satu kekalahan, namun merupakan satu kemenangan yang membawa kehidupan. Ketiga, untuk memperkuat pengharapan. Karena Kristus membuktikan bahwa Dia bangkit dan membawa orang-orang kudus bersama dengan-Nya, maka kita dapat mempunyai pengharapan yang kuat, bahwa pada saatnya, kitapun akan dibangkitkan oleh Kristus. Dan inilah yang menjadi pewartaan para rasul, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?” 1Kor 1512. Bersama-sama dengan Ayub, kita dapat berkata “Tetapi aku tahu Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan- Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.” Ayb 1925,27. Keempat, agar kita dapat hidup dengan baik. St. Thomas mengutip Rm 64, “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Dengan demikian, kebangkitan Kristus mengajarkan kita untuk senantiasa hidup dalam hidup yang baru, yaitu hidup dalam Roh. Kelima, untuk menuntaskan karya keselamatan Allah. Karya keselamatan Allah tidak berakhir pada kematian Kristus di kayu salib, namun berakhir pada kemenangan Kristus, yaitu dengan kebangkitan- Nya. Rasul Paulus menuliskan “yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.” Rm 425 B. Kenaikan Yesus Kristus ke Surga Selama empat puluh hari setelah kebangkitan, Yesus menampakkan diri kepada para muridNya. Selama itu, keadaanNya yang mulia masih terselubung dalam sosok tubuh seorang manusia biasa, sehingga para murid-murid-Nya dapat mengenali Dia bdk. Mrk 1612; Luk 2415; Yoh 2014-15; 214.Ia hadir di tengah mereka, makan dan minum bersama murid-murid-Nya bdk. Kis 1041 dan mengajarkan bdk. Kis 13 mereka mengenai Kerajaan Allah. Yesus mengakhiri kebersamaan dengan para muridNya dengan menyampaikan tugas perutusan untuk mewartakan Injil, dan menjanjikan kuasa Roh Kudus Kis 18 . “Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke Surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah” Mrk 1619 Gereja mengimani bahwa Kristus naik ke Surga dengan tubuh dan jiwa-Nya. Hal itu disebabkan karena ke-Allahan-Nya, Yesus senantiasa berada bersama dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Dengan kenaikan-Nya ke Surga – dengan tubuh dan jiwa – maka Kristus untuk selamanya membawa persatuan kodrat kemanusiaan-Nya yang telah mulia bersama dengan ke-Allahan-Nya. Kenaikan Kristus ke Surga berbeda dengan pengangkatan Bunda Maria ke Surga. Bunda Maria diangkat ke Surga karena kekuatan Allah, sedangkan Kristus naik ke Surga karena kekuatan-Nya sendiri – karena Dia adalah sungguh Allah. Rasul Paulus menegaskan “Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.” Ef 410. Dengan demikian, Yesus naik ke Surga dan ditinggikan lebih tinggi dari segala sesuatu baik di bumi maupun di Surga, bahkan segala sesuatu diletakkan di bawah kaki Kristus lih. Ef 120-22. Kenaikan Yesus Kristus ke Surga, mempunyai makna bahwa Ia ditinggikan dengan setinggi-tingginya, hal itu diungkapkan dengan perkataan “Duduk di sebelah kanan Allah Bapa.” . “duduk di sisi kanan Bapa”mengandung makna bahwa Yesus Kristus sehakikat dengan Bapa dan kemuliaan dan kehormatan. Duduk di sebelah kanan Bapa berarti awal kekuasaan Mesias. Penglihatan nabi Daniel dipenuhi “Kepada- Nya diberikan kekuasaan, kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja. Segala bangsa, suku bangsa, dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal dan tidak akan lenyap. Kerajaan-Nya tidak akan musnah” Dan 714. Sejak saat ini para Rasul menjadi saksi-saksi “kekuasaan-Nya”, yang “tidak akan berakhir” Syahadat Nisea-Konstantinopel. Makna Kebangkitan Bagi Kita Rasul Paulus menulis sebagai berikut “Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” 1Kor 1517. Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa pengajaran dan termasuk klaim bahwa Dia sungguh Allah mendapatkan bukti yang kuat. Hal ini diperkuat bahwa janji akan kebangkitan Kristus telah dinubuatkan sebelumnya. Rasul Paulus menyatakan, “Dan kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita, telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua Anak- Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini.” Kis 1332-33 Dengan kebangkitan Kristus, maka terbukalah pintu masuk menuju kehidupan baru, yaitu hidup yang dibenarkan oleh Allah atau hidup yang penuh rahmat Allah. Dikatakan dalam Rm 64 “Supaya seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Hidup yang baru, yaitu hidup di dalam rahmat, memungkinkan kita untuk dapat menjadi saudara Kristus dan menjadi anak- anak Allah di dalam Kristus. Dan kepercayaan akan besarnya rahmat Allah ini, membuka harapan baru kepada kita, bahwa pada saatnya nanti, kitapun akan dibangkitkan bersama dengan Kristus dan kemudian hidup berbahagia untuk selama-lamanya bersama dengan Kristus dalam persatuan abadi bersama Allah Roh Kudus dan Allah Bapa. Makna Kenaikan Yesus Ke Surga Bagi Kita Berkat kenaikan Yesus ke Surga, maka Pertama, Kristus adalah Sang Pemimpin kita. Ia akan membawa serta kita semua yang percaya dan bergabung dengan Dia masuk dalam kemuliaan surgawi. Kristus adalah Kepala Gereja dan kita adalah Tubuh-Nya lih. Ef 523; bdk. Mik 213, maka kalau Kristus naik ke Surga dengan kodrat-Nya sebagai manusia dan Allah, maka kita sebagai anggota-anggota-Nya juga akan diangkat ke Surga dengan tubuh dan jiwa kita, sebagaimana yang telah Ia janjikan semasa hidup-Nya untuk menyediakan tempat bagi kita lih. Yoh 142. Kedua, Kristus menjadi Pengantara Kita pada Bapa. Berkat kenaikan Kristus ke Surga, kita dapat sepenuhnya mempercayai Kristus. Dia tidak hanya menjanjikan tempat di Surga, tetapi telah menunjukkan kepada para murid, Dia sendiri terlebih dahulu naik ke Surga. Dengan kenaikan-Nya ke Surga, maka Dia dapat menjadi Pengantara kita kepada Allah Bapa lih. Ibr 725, sehingga kita yang berdosa dapat mempunyai kepercayaan yang besar akan belas kasih Allah lih. 1Yoh 21. Ketiga, kita dipanggil untuk hidup berfokus hal-hal surgawi. Setelah kebangkitan-Nya dan sebelum kenaikan-Nya ke Surga, para rasul bertanya, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Kis 16. Para rasul yang pada waktu itu masih belum mengerti secara penuh akan Kerajaan Allah, masih berharap bahwa setelah kebangkitan-Nya, Kristus akan memulihkan kejayaan Kerajaan Israel. Namun, dengan kenaikan Kristus ke Surga, maka Kristus sekali lagi menegaskan bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini namun dari Surga lih. Yoh 1836. Oleh karena itu, sebagai umat beriman, yang telah dibangkitkan bersama dengan Kristus – dengan Sakramen Baptis – senantiasa mencari perkara-perkara di atas, di mana Kristus ada yaitu di Surga lih. Kol 31. Dengan demikian kita tidak boleh berfokus pada perkara-perkara di bumi, melainkan pada perkara-perkara yang di atas atau hal-hal surgawi lih. Kol 32. Setelah membaca dan mempelajari materi diatas, kerjakan soal dibawah ini dan tulis jawabanmu di kolom yang disediakan! Tags PAKatPAKat X
Kitatelah dikuburkan bersama dengan Yesus dalam pembaptisan agar dibangkitkan dalam kehidupan baru. Gereja berdoa bersama Bunda Maria di makam Tuhan. Biasanya, di hari sabtu suci Gereja mendoakan Rosario 7 dukacita Maria. Tujuh Dukacita Santa Perawan Maria diambil dari peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Kitab Suci yakni:
Rosario dan Litani Tujuh Duka MariaPembukaanTuhan, aku mempersembahkan Rosario ini bagi kemuliaan-Mu, agar aku dapat menghormati Bunda Yesus, Perawan Terberkati, sehingga aku dapat berbagi dan merenungkan penderitaan Yesus melalui penderitaan dirinya. Aku dengan rendah hati memohon kepada-Mu untuk memberikan pertobatan sejati bagi semua dosa-dosa yang telah kuperbuat, dan mohon berilah aku kebijaksanaan, dan kerendahan doa Ya Allah, datanglah menolong aku O Tuhan bersegeralah menolongku Kemuliaan kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus, sekarang dan selama-lamanya. sebelum renungan Bundaku, bagilah kesedihanmu kepadaku, Biarlah aku ikut menanggungnya bersamamu, untuk merenungkan kematian Yesusmu TobatAllah yang maharahim, aku menyesal atas dosa-dosaku. Aku sungguh patut Engkau hukum, terutama karena aku telah tidak setia kepada Engkau yang maha pengasih dan mahabaik bagiku. Aku benci akan segala dosaku, dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu hendak memperbaiki hidupku da tidak akan berbuat dosa lagi. Allah yang maha-murah, ampunilah aku, orang berdosa ini. Amin!Salam MariaSalam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati. Amin. 3 kaliLalu disambung dengan doa singkat berikutBersama airmata kasih sayang Dukacita Bunda kami dan untuk mempersembahkan paduan air mata kami dengan setiap misteri, doakan Bunda Kerahiman, ingatkan kami selalu pada derita Putera-mu, ke-1 Nubuat Simeon Luk 2 34-35Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan pertama yang menusuk hatimu; pada saat di Bait Allah, Simeon tua bernubuat bahwa segala kekejaman akan dialami oleh Yesusmu terkasih. Kau telah mengetahuinya dari Kitab Suci, bahwa kekejaman akan mengakibatkan kematianNya di depan matamu, diatas kayu salib hina, kehabisan darah, ditolak oleh banyak orang; sedangkan engkau tak berdaya membela atau penderitaan hatimu aku mohon padamu, Ratuku, perolehkanlah bagiku rahmat sehingga selama hidup dan pada saat ajal aku selalu mengingat akan sengsara Yesus, dan kedukaanmu selalu tertanam Bapa kami, 7x Salam Maria, 1x Bundaku, …Duka ke-2 Pelarian ke Mesir Mat 2 13-14Bunda yang berduka. Aku turut bersedih karena pedang penderitaan kedua yang menusuk hatimu; pada saat tak lama setelah kelahiranNya, puteramu yang tak berdosa terancam kematian, yang dilakukan justru oleh orang-orang yang akan diselamatkanNya dengan kedatanganNya di dunia ini sehingga dalam kegelapan malam engkau beserta puteramu dan suamimu lari ke Mesir Dan engkau, wanita muda yang lemah lembut, telah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan dengan mengalami banyak kesulitan bersama puteramu yang masih lemah, melalui padang pasir dan kota yang tidak bersahabat, dan akhirnya, sebagai orang asing yang tidak mengenal siapapun, engkau telah hidup selama bertahun-tahun dalam kemiskinan dan kehinaan. Aku mohon, Bundaku terkasih, perolehkanlah bagiku rahmat untuk menderita bersamamu dengan kesabaran hingga ajal, yang merupakan akhir kehidupan yang menyedihkan ini, sehingga akhirnya aku diperkenankan untuk menghindari hukuman abadi neraka yang pantas ku Bapa kami, 7x Salam Maria, 1x Bundaku,…Duka ke-3 Yesus hilang di Yerusalem Luk 243-45Bunda yang berduka, aku ikut bersedih karena pedang penderitaan ketiga yang menusuk hatimu; pada saat di Yerusalem engkau kehilangan puteramu terkasih selama 3 hari. Tidak melihat belahan hatimu disampingmu dan tidak mengetahui alasan perbuatanNya, dapat kubayangkan dengan baik, Ratuku terkasih, bahwa selama malam-malam itu engkau tidak dapat tidur dengan nyenyak dan hanya memikirkan Dia, hartamu satu-satunya. Demi kepedihan hatimu selama 3 hari yang terasa panjang dan pahit, aku mohon padamu, perolehkanlah bagiku rahmat agar aku tidak akan pernah kehilangan Tuhanku, selalu berpegang teguh padaNya, sehingga pada saat aku meninggalkan dunia ini, aku akan disatukan denganNya1x Bapa kami, 7x Salam Maria, 1x Bundaku,…Duka ke-4 Maria bertemu Jesus di jalan menuju Kalvari Luk 2327-31Bunda yang berduka, aku ikut bersedih karena pedang penderitaan keempat yang menusuk hatimu; pada saat engkau melihat puteramu terkasih dijatuhi hukuman mati, diikat dengan tali dan rantai, tubuh tertutup darah dan luka, dimahkotai duri-duri kasar, jatuh dibawah salib berat yang dipanggulNya di atas pundak terluka, berjalan bagai domba tak bersalah untuk mati demi cintaNya pada kami. Matamu memandangNya dan Dia menatapmu, pandangan yang sekejap itu bagaikan beribu-ribu panah yang melukai hatimu yang manis. Demi penderitaan yang sangat sedih itu, aku mohon padamu, perolehkanlah bagiku rahmat untuk hidup, sesuai dengan kehendak Tuhanku dan memanggul salibku dengan suka cita bersama dengan Yesus sampai akhir Bapa kami, 7x Salam Maria, 1x Bundaku,…Duka ke-5 Yesus wafat di kayu salib Yoh 1925-27Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan kelima yang menusuk hatimu; pada saat di Golgota engkau melihat puteramu Yesus terkasih wafat secara perlahan-lahan di depan matamu, dengan begitu banyak siksaan dan penghinaan, pada kayu salib hina. Engkau tak berdaya memberikan penghiburan yang terkecil sekalipun seperti yang diberikan pada seorang penjahat besar yang mendekati ajalnya. Bundaku yang paling kukasihi, aku mohon, demi penderitaan yang engkau alami bersama dengan puteramu yang wafat, dan demi kepedihan yang engkau rasakan terutama pada saat-saat terakhir dimana Dia berbicara padamu dari atas kayu salib, mengucapkan selamat tinggal dan meninggalkan kami semua dalam diri Yohanes muridNya sehingga menjadikan kami semua anak-anakmu, dan setelah ketetapan tersebut engkau melihatNya menundukkan kepala dan wafat; perolehkanlah rahmat dari kekasih tersalibmu agar aku dapat hidup dan mati dengan menyangkal segala hal duniawi sehingga aku dapat menghabiskan hidupku hanya untuk Allah dan kemudian pada saat memasuki surga untuk menikmatiNya, dengan saling bertatap Bapa kami, 7x Salam Maria, 1x Bundaku,…Duka ke-6 Yesus diturunkan dari kayu salib Yoh 1940Bunda yang berduka, aku ikut bersedih karena pedang penderitaan keenam yang menusuk hatimu; pada saat engkau melihat hati manis puteramu ditusuk dengan tombak. Dia telah wafat bagi manusia yang tidak tahu terima kasih yang setelah kematianNya tidak puas dengan siksaan dan penghinaan yang telah diberikan kepadaNya. Demi penderitaan hebat yang telah kau jalani ini, aku mohon padamu, perolehkanlah rahmat bagiku untuk masuk ke dalam Hati Yesus yang terluka dan terbuka untukku, sehingga di dalam Hati itu, aku dapat merasakan bahwa disanalah satu-satunya tempat terindah dari kasih, dimana jiwa-jiwa yang mengasihi Allah beristirahat dan hidup di dalamNya. Aku tidak boleh mengasihi apapun kecuali Allah, perawan tersuci, engkau dapat memperolehkannya bagiku, aku berharap Bapa kami, 7x Salam Maria, 1x Bundaku,…Duka ke-7 Yesus dimakamkan Yoh 1938-42Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan ketujuh yang menusuk hatimu; pada saat engkau melihat puteramu yang telah wafat dalam pelukanmu, tidak seindah dan sempurna seperti pada saat engkau menerimaNya di palungan Bethlehem, tetapi dengan tubuh tertutup darah, pucat dan dikoyak oleh luka-luka sehingga tulang-Nyapun terlihat; dan engkau kemudian berkata “Puteraku, puteraku, beginikah kasih memperlakukanMU?” Pada saat Dia dibawa ke makam, engkau ingin menemaniNya dan meletakkanNya dengan tanganmu sendiri dan mengatakan salam perpisahan yang terakhir, kemudian engkau meninggalkan hatimu yang penuh kasih terkubur bersama puteramu. Dengan pengorbanan dan kepedihan jiwamu yang suci, aku mohon, perolehkanlah bagiku, o Bunda yang penuh kasih, pengampunan dari segala perbuatanku yang menyakiti dan melawan Tuhanku terkasih, yang kusesali dengan sepenuh hati. Mohon kuatkanlah aku dalam pencobaan, temanilah aku pada saat ajalku, selamatkanlah jiwaku melalui kemurahan Yesus dan engkau, sehingga pada suatu saat setelah segala sesuatu yang buruk ini, aku boleh sampai ke surga untuk menyanyikan lagu pujian bagi Yesus dan engkau untuk sepanjang Bapa kami, 7x Salam Maria, 1x Bundaku,…Doa PenutupYa Allah, karena sengsaraMu yang telah dinubuatkan oleh Simeon, pedang penderitaan telah menikam hati termanis Bunda Maria, Perawan yang terkudus dan pada kami yang merenungkan dan menghormati dukanya, agar diperbolehkan menikmati pahala yang penuh rahmat dari sengsaraMu, karena Engkau yang hidup dan berkuasa sepanjang segala Paulus Pius VII .
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/633
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/660
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/564
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/591
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/535
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/60
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/505
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/637
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/611
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/127
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/701
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/40
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/291
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/449
  • 2l0zhwiezg.pages.dev/383
  • kisah bunda maria setelah yesus wafat