KITAB SUCI +Deuterokanonika - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju Katekismus Gereja Katolik Partner Link Website Keuskupan, Paroki & Gereja Partner Link Website Katolik & Umum MENGENAL MARIA, SANG BUNDA ALLAH Oleh Hariawan Adji, PENGANTAR Tulisan berjudul Maria Santa Bunda Allah ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai diri Maria dan perannya dalam karya keselamatan Allah, sebagaimana diketahui bahwa devosi kepada Maria yang tumbuh dan berkembang dengan pesat dalam masyarakat Indonesia , khususnya di Jawa seringkali tidak dipahami dan ditempatkan secara tepat oleh umat beriman. Diharapkan dengan membaca tulisan ini umat beriman dapat menyadari peran Maria dalam karya keselamatan sehingga mereka dapat berdevosi secara benar. Tulisan ini terdiri dari empat bagian utama, yaitu Pendahuluan yang berisikan tentang keadaan pemahaman umat Katolik tentang Maria. Bagian kedua adalah Kesaksian Alkitabiah tentang Kebundaan Maria, yang berisikan ulasan kisah Maria sebagai bunda Yesus dalam Injil. Bagian ketiga berjudul Tradisi Gerejawi Ajaran tentang Kebundaan Maria, yang berisi ulasan mengenai ajaran-ajaran resmi Gereja tentang Maria sebagai Bunda Allah1 . Selanjutnya adalah bagian Pemahaman Ulang Makna Kebundaan Maria, yang berisi tentang hasil analisis mengenai makna kebundaan Maria berdasarkan kisah Injil dan ajaran Gereja. Bagian kelima adalah bagian Refleksi Peran Maria Dlam Hdup Umat dan bagian yang terakhir adalah Penutup. Tulisan yang berjudul Maria Santa Bunda Allah ditujukan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai diri Maria dan perannya dalam karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus. Diharapkan dengan gambaran yang jelas ini, umat beriman akan dapat mengimani Yesus dan Maria secara tepat. BAB I PENDAHULUAN Umat Katolik Indonesia dikenal sangat devosional. Sasaran devosional umat Katolik Indonesia cukup beragam, namun yang utama dan seringkali dipilih adalah Ada bermacam-macam bentuk devosi kepada Maria, baik yang berbentuk doa-doa, antara lain Rosario, Litani Maria, Novena Tiga Kali Salam Maria, Tujuh Duka Maria dan Iain-lain, maupun melalui kelompok-kelompok tertentu, misalnya Legio Maria, Gerakan Imam Maria Senakel, ataupun ziarah, dan Iain-lain. Umat beriman, seringkali lupa bahwa dalam berdevosi kepada Maria, mereka tidak boleh lepas dari Yesus Kristus. Mereka seringkali beranggapan bahwa Maria adalah pengantara mereka kepada Allah, bahkan menganggap Maria sebagai sasaran doa mereka. Hal ini tampak dalam ungkapan-ungkapan doa yang mereka sampaikan secara spontan dalam doa-doa bersama. Sesuatu yang salah kaprah karena Maria bukanlah Allah yang menyelenggarakan dunia Maria adalah Bunda Allah tetapi bukanlah Allah; ia adalah manusia Ini seringkali disalah-mengerti oleh umat. Maria juga bukanlah pengantara kepada Allah, karena Yesus Kristuslah adalah satu-satunya Pengantara Allah dan Memang Maria sering diberi berbagai macam gelar yang seolah-olah memposisikan ia sebagai pengganti Kristus sebagai Pengantara satu-satunya. Gelar-gelar tersebut adalah Advocata Pengacara yang pertama kali digunakan oleh Ireneus dari Lyon 130-202, Auxiliarix Pembantu dan Auxiliarix Penolong yang kerap digunakan di Gereja Timur, dan Mediatrix Pengantara, suatu gelar yang relatif baru yang dipromosikan oleh Kardinal Marcer, Belgia 1928. 6 Gelar-gelar ini harus dipahami sedemikian rupa agar tidak merelatifkan peran Yesus sebagai satu-satunya Pengantara. Maria adalah pengantara dalam dan oleh Pengantara Yesus Kristus. Kepengantaraan Maria bukan antara Kristus dan manusia, dan bukan antara Allah dan manusia, seakan-akan ada dua Pengantara yaitu Yesus dan Maria, melainkan di dalam Kristus di antara Allah dan Manusia. Pengantaraan Maria tidak dapat berdiri sendiri dan lepas dari Puteranya, ia adalah pengantara karena ia adalah Bunda Banyak umat Katolik Jawa memandang figur Maria seperti seorang dewi, khususnya dewi Sri yang dihormati dalam tradisi Jawa. Hal ini tampak sekali dalam lagu-lagu yang diciptakan untuk menghormati Maria yang memandang Maria sebagai sosok yang memiliki kuasa Maria dalam konsep Katolik tidak sama dengan dewi Sri dalam konsep animisme-dinamisme Jawa. Maria bukanlah sosok pribadi yang ilahi dari dirinya sendiri. Inilah perbedaannya dengan dewi Sri dalam konsep Jawa yang adalah seorang dewi yang dari semula turun dari khayangan ke bumi dan kembali lagi ke khayangan setelah kematiannya di dunia. Pencampur-adukan konsep Katolik dan konsep animisme dinamisme Jawa dalam penghormatan kepada Maria tampak pula pada pola ziarah yang kerap dilakukan oleh umat beriman yang memandang suatu tempat bersifat keramat karena di sana bertahta Maria dalam suatu gua. Dalam tempat-tempat ziarah yang demikian, biasanya posisi Maria berada di pusat, sedangkan Yesus malahan menempati posisi di bawahnya. Hal yang sama terjadi juga di kalangan orang Katolik keturunan Tionghoa. Banyak di antara mereka menganggap figur Maria sama dengan figur dewi Kwan Im. Sebagaimana diketahui bahwa dalam agama Kong Hu Cu, dewi Kwan Im sangat dihormati dan dipuja sebagai dewi Welas Asih, yang perannya tidak jauh berbeda dengan peran Maria sebagai Bunda Penuh Kasih. Namun dua sosok perempuan pujaan ini sebenarnya sangat jauh berbeda. Dalam konsep agama Kong Hu Cu, Dewi Kwan Im adalah seorang manusia yang karena kesucian hidupnya akhirnya menjadi seorang dewi. Setelah menjadi seorang dewi, ia menjadi penolong manusia yang berkesusahan, baik manusia yang masih hidup di dunia ini maupun manusia yang telah hidup di alam lain setelah kematiannya. Ia menjadi dewi karena usaha kerasnya menjalani hidup suci di dunia Sebaliknya dalam pandangan Katolik, Maria menjadi bunda Allah bukan karena dirinya sendiri. Maria memang hidup suci, namun bukan itu yang membuat ia menjadi Bunda Allah, melainkan karena Puteranya yang adalah Allah sendiri. Maria menjadi Bunda Allah, bukan karena dirinya sendiri tetapi karena hubungannya dengan Sang Dari gambaran dua praktek penghormatan kepada Maria di atas dapat disimpulkan bahwa penghormatan terhadap Maria cenderung mengambil bentuk yang tidak sesuai11 dengan pandangan para Bapa Konsili Vatikan Dalam bentuk ini, Maria seolah-olah dipisahkan dari orang Dia menjadi semacam ' dewi' yang tidak dari dunia lagi. Seluruh hidup Maria seolah-olah satu rentetan mukjijat saja dan tugas Maria di surga sekarang adalah membagikan rahmat-rahmat yang pernah dikumpulkan oleh Puteranya dengan wafat dan kebangkitanNya. Maria seakan-akan adalah seorang dewi yang mandiri, yang dari kekuasaannya sendiri membagikan rahmat yang telah dikumpulkannya. Bentuk devosi yang demikian tidaklah tepat dan dapat mengaburkan makna devosi kepada Maria. Devosi kepada Maria baru mempunyai arti apabila diarahkan kepada Kenyataan yang demikian tentu tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena akan mengarah kepada pengkultusan Maria sebagai pribadi yang ilahi, menggantikan Puteranya, yang tentunya akan mengarah pula pada ajaran sesat. Semua kenyataan ini sebenarnya berawal dari ketidakpahaman umat beriman akan Maria sebenarnya dan bagaimana posisinya dalam karya keselamatan Allah yang diyakini oleh Gereja Katolik. Mereka perlu mendapat bimbingan agar dengan demikian mereka dapat memposisikan devosi kepada Maria secara tepat. BAB II KESAKSIAN ALKITABIAH TENTANG KEBUNDAAN MARIA Maria memang tidak banyak ditampilkan dalam Kitab Suci. Beberapa ekseget Katolik mengatakan bahwa sebenamya sosok Maria telah ditampilkan dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama, misalnya dalam kisah pengusiran Adam dan Hawa dari taman Firdaus dimana Allah mengatakan akan mengadakan permusuhan antara ular dan perempuan, juga tentang Puteri Sion yang berbahagia dan lain-lain. Namun nubuat-nubuat tersebut tidak menampilkan sosok Maria sebagai seorang bunda, oleh sebab itu kesaksian akitabiah tersebut tidak dibahas dalam bagian ini. Selain itu beberapa ekseget Katolik juga mengatakan bahwa sosok Maria juga tampil dalam kitab Wahyu, namun sekali lagi dalam kitab tersebut sosok Maria tidak ditampilkan sebagai seorang bunda, dan oleh sebab itu kesaksian alkitabiah ini juga tidak menjadi pembahasan dalam bagian ini. Adapun yang menjadi pembahasan dalam bagian ini adalah kisah Maria dalam keempat Injil, karena dalam Injil-injil tersebut Maria ditampilkan sebagai bunda Yesus Maria, bunda yang dilahirkan sebagai perempuan Mat 11-17, Luk 323-38 Matius dan Lukas membuka Injil mereka dengan dafitar nama-nama yang disebut pohon keluarga. Lukas menuliskan pohon keluarga ini secara urut ke atas, sedangkan Matius menuliskannya secara urut ke bawah. Meskipun sifatnya yang monoton dan kering, pohon keluarga ini memiliki makna yang luas dan penting. Pohon keluarga ini menunjukkan bahwa Allah bukanlah suatu kekuatan alam ataupun suatu tata kosmis, melainkan Allah yang personal, meskipun tanpa nama, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. la adalah Bapa Tuhan Yesus Kristus. Dalam Matius, nama Maria diletakkan pada akhir pohon keluarga. Di antara orang Yahudi, pohon keluarga, biasanya hanya memuat nama-nama laki-laki, tapi dalam pohon keluarga Yesus, muncul nama perempuan, Maria. Maria di sini muncul sebagai referensi pada Yesus Kristus. Karena pada akhir dan puncak daftar tersebut adalah Yesus Kristus dan karena Kristus tidak dikandung tanpa Maria, maka Matius memasukkan nama Maria dalam daftarnya, Dengan cara ini keterlibatan Maria dalam Petjanjian Baru mulai pada akhir daftar pohon keluarga. Maria dalam daftar pohon keluarga tersebut berada di titik temu antara kemanusiaan dan Allah. Putera Allah menerima kodrat kemanusiaanNya dari Maria dan masuk ke dunia manusia melalui dia. Dengan demikian, Maria adalah perwakilan dari generasi-generasi sebelum dirinya dan pada saat yang sama ia adalah pintu masuk bagi generasi-generasi sesudahnya yang diselamatkan. Maria, bunda yang menerima kabar dari malaikat Tuhan Luk 126-38 Saat hidup Maria yang paling agung adalah ketika Malaikat Gabriel memberi salam kepadanya 'Salam, hai engkau yang penuh rahmat' dan meminta kepadanya untuk menjadi Bunda Allah, Maria tidak menginginkan gelar yang lain kecuali 'Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanMu itu!'. Berbeda dengan Hawa yang telah mengejar kekuasaan dan berkehendak merebut kebebasan mutlak dari Allah, dimana ia menjadi tidak taat dan mencelakakan seluruh umat manusia, Maria tidak menginginkan apa-apa di hadapan Allah, kecuali menjadi hamba yang rendah dan kecil. Itulah sebabnya Allah memandang dia. Maria tahu dirinya hanyalah makhluk, dan dengan demikian bergantung dalam segala hal pada Tuhan, dan ia berbahagia atas keadaannya itu. Maka ia selalu siap sedia untuk melaksanakan semua kehendakNya, bahkan kehendakNya yang paling kecil sekalipun. Dengan penuh perhatian ia mencari tanda-tanda yang paling kecilpun mengenai apa yang menjadi perkenan Allah dan selalu siap sedia patuh kepada perintah-perintahNya. Allah meluhurkan Maria dengan minta persetujuannya - bukan perihal suatu peristiwa yang teramat sederhana - namun sangat penting dan berpengaruh bagi dunia. Dan Maria menjawab dengan terbuka dan terus terang, dengan bertanya17 dan tidak ragu-ragu menyatakan Hanya tatkala ia sudah merasa puas karena telah mengerti apa yang diminta daripadanya, diberikannyalah persetujuannya akan apa yang diajukan oleh Allah. Ia bebas dan bertanggung jawab dalam pembicaraan dengan Allah. Dan dalam hal ini, ia memberikan teladan bagi semua orang Kristen di segala zaman. Maria, bunda yang mengunjungi Elisabet saudarinya Luk 139-45 Setelah perawan Maria bersedia menjadi bunda Yesus dan mengandung dari Roh Kudus, ia berkunjung ke rumah Elisabet, sanaknya, yang tinggal di sebuah kota di pegunungan Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Mendengar salam itu, Elisabet penuh dengan Roh Kudus lalu berseru dengan suara nyaring Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia yang telah percaya sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana.'19 Mendengar pujian itu, Maria sama sekali tidak memprotes, seperti halnya ketika Malaikat Gabriel menghadap dan menyalami 'Salam Maria penuh rahmat'20 . Hati Maria yang rendah hati tidak menolak kebenaran itu, ia tidak mencegah pujian itu, tetapi mengembalikannya kepada Allah segala sesuatu yang menjadi milik Allah dengan bermadah Magnificat21 Dalam madah itu Maria mensyukuri perbuatan-perbuatan baik Allah terhadapnya. Madah itu tidak hanya merupakan puji syukur pribadi namun merupakan pujian semesta. Maria memuliakan kemenangan-kemenangan Allah. Maria senantiasa lekat mendengarkan Allah yang bersabda kepadanya dalam Kitab Suci dan . dengan tanda-tanda yang diberikan kepadanya dalam hidupnya, tanda-tanda kehadiranNya dan kasihNya. Maria juga lekat mendengarkan bisikan batin, cara yang terkadang digunakan oleh Allah untuk menyatakan diri di dalam lubuk jiwa guna menyampaikan rencana-rencanaNya. Dan sejak saat Sabda Abadi Bapa menjadi daging dalam dirinya, Roh Maria lebih terpikat lagi kepada segala sesuatu yang dapat merupakan petunjuk hadirnya yang adikorati baginya, itulah sebabnya, perawan Maria bijak lestari itu selalu merenungkan dalam hatinya semua peristiwa dalam hidupnya baik ketika ia belum melahirkan sang Putera ke dunia, maupun pengalamannya bersama Sang Putera. Maria, bunda yang melahirkan Yesus di kandang Bethlehem Luk 21-20, Mat 118-25 Maria melahirkan Puteranya di sebuah kandang dan membaringkannya di dalam palungan22 karena tidak ada lagi tempat bagi mereka di rumah penginapan. la adalah bunda jasmani dari Yesus karena dari jasmaninya telah lahirlah seorang manusia Yesus. Dengan melahirkan kemanusiaan Kristus, Maria menjadi bunda seluruh Pribadi Yesus dan tidak hanya bunda dari dagingNya saja. Kepada Putra Allah yang kekal, perawan Maria dapat berkata dengan sepenuh hati, 'Anakku, Engkau! Engkau telah kuperanakkan pada hari ini."23 Kebundaan Maria tidak hanya terbatas pada kebundaan menurut daging. Untuk itulah Maria telah dipanggil oleh Allah dan ia dapat saja menerima atau menolak tawaran itu secara sebebas-bebasnya. Perawan Maria memberikan 'fiat'nya, persetujuannya, kesediaannya untuk mengikuti rencana Allah; kebundaannya sepenuhnya disepakatinya; ia mau untuk sepenuh-penuhnya bertanggungjawab. Ia tidak hanya mempersembahkan kepada Allah, tubuh yang teramat murni untuk membentuk tubuh Adam Baru; akan tetapi, berdasarkan pengetahuannya yang diperolehnya dari Kitab Suci, ia telah menyambut tanggung jawab untuk mengandung dan melahirkan Raja, ahli waris tahta Daud, Putera Allah sendiri, dan juga Hamba yang menderita' yang akan menjadi Penebus orang banyak. Kebundaan ilahi Maria, yang bukan dari darah atau keinginan laki-laki, tetapi dari Allah sendiri, tentulah juga merupakan kebundaan Rohani. Maria, bunda yang mengungsi ke Mesir bersama Puteranya dan Yosep Mat 213-23 Herodes, karena takut akan kehilangan tahtanya oleh Raja yang Baru, segera memerintahkan pasukannya untuk mencari bayi Yesus dan membunuhNya. Sekali lagi Maria dan Yosep mengadakan perjalanan jauh. Jika dalam perjalanan sebelumnya bayi Yesus masih ada dalam kandungannya, sekarang ini bayi Yesus ada di atas pangkuannya dan dalam pelukannya. Maria dan Puteranya serta suaminya tinggal di negeri asing selama beberapa waktu sampai Herodes Setelah itu mereka semua menempuh perjalanan jauh lagi kembali ke Nazaret di mana Maria dan Yosep mengasuh Yesus sampai Ia menjadi besar. Semua perjalanan-perjalanan yang melelahkan itu Maria dan Yosep lakukan demi keselamatan Puteranya, demi cinta mereka kepadaNya. Maria menghayati pengungsian, perjalanan ziarah Abraham, Ishak, Yakub dan bapa bangsa Yosep; ia merasakan terlebih dahulu sejarah perjalanan ziarah Gereja di Maria, bunda yang diramal oleh Simeon Luk 221-38 Hati seorang bunda pastilah akan kecut mendengar nubuat Simeon tentang Sang Putera 'Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang',26 dan tentang dirinya sendiri 'dan suatu pedang kesedihan akan menembus jiwamu sendiri'.27 Maria pasti tidak asing dengan Kitab Suci, ia pasti mengetahui segala yang dinubuatkan oleh Yesaya tentang derita 'Hamba Tuhan'.28 Tiap kali kepedihan hati datang menyerangnya, ia akan bertanya, 'Inikah saat pedang yang dinubuatkan oleh Simeon?'. Tak seorang pun yang luput dari rasa kuatir dan takut di dunia ini dan Yesus tidak mengecualikan bundaNya. Yesus dengan demikian membuat bundaNya penuh pemahaman dan penyambutan terhadap semua orang yang hatinya gentar dan kemudian menumpahkan segala pedih perih hidup mereka di dunia kepada jiwa sang bunda yang senantiasa terancam pedang dan berdekatan dengan dia, dapat menemukan kembali ketenangan jiwa yang tabah dan kedamaian anak-anak Allah. Maria, bunda yang hidup bersama Yesus dan Yosep Luk 239-40,51 Maria setia melaksanakan tugas sehari-hari. Kita tidak melihat adanya mukjizat dalam hidup Maria di bumi ini. Satu pun tidak. Ia tidak berbeda dengan wanita-wanita yang lain; pekerjaannya, kegembiraannya dan keprihatinannya dalam hidup sehari-hari sama saja dengan pekerjaan, kegembiraan dan keprihatinan bunda-bunda lain, yakni menjadi bunda rumah tangga yang baik, yang memelihara serta melayani anggota-anggota keluarganya. Pekerjaan-pekerjaan Maria itu biasa dan tidak membuatnya menonjol. Akan tetapi, semua itu dilakukan demi kebahagiaan Keluarga Kudus. Kesucian Bunda Maria mengajarkan perihal kesucian yang sejati, kesucian yang tampaknya tidak istimewa tetapi sesungguhnya merupakan kesucian yang heroik karena besarnya cinta kasih yang dituntutnya. Maria, bunda yang mencari Puteranya di Bait Allah Luk 241-52 Pada suatu perayaan Paskah ketika Yesus berusia duabelas tahun, Maria bersama Yesus dan Yosep pergi berziarah ke Yerusalem, sebagaimana biasa mereka lakukan setiap tahunnya. Dalam perjalanan pulang, setelah beberapa hari berjalan, Maria dan Yosep baru menyadari bahwa Yesus tidak bersama mereka. Setelah mereka mencari-cari Ia di antara sanak keluarga dan tidak menemukannya, mereka memutuskan kembali ke Yerusalem. Maria begitu cemas kehilangan Puteranya dan ketika ia menjumpaiNya di Bait Suci, ia berkata kepadaNya,29 'Nak, mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.'30 Yesus menjawabnya, 'Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?'31 Meski Maria tidak mengerti apa maksud jawaban Yesus, ia diam dan menyimpan semuanya dalam Maria adalah ibu yang terbuka, yang mengungkapkan dan mengkomunikasikan perasaan hatinya kepada Puteranya. Ia tidak marah kepada Puteranya, namun hanya mencari kejelasan. Maria, bunda yang hadir dalam pesta di Kana Yoh 21-11 Maria hadir di pesta perkawinan di Kana. Hamba Tuhan adalah juga hamba manusia. Di tengah-tengah pesta, temyata anggur habis. Barangkali ada orang yang melihat hal itu dan dalam hati mereka menyalahkan tuan rumah. Maria sebagai bunda rumah tangga yang penuh perhatian, membayangkan betapa malunya si empunya rumah dan betapa sedihnya mempelai berdua apabila mengetahui keadaan itu. Maria hendak menolong - walaupun tanpa mereka minta - maka ia menemui Yesus dan menyampaikan masalah itu kepadaNya 'Mereka kehabisan anggur'. Pernyataan itu hanyalah pemberitahuan, Maria hendak menarik perhatian PuteraNya akan keadaan itu. Pernyataannya itu bukanlah permintaan; hanyalah suatu sentuhan halus, tetapi juga suatu doa sebab Maria percaya akan kuasa kebaikan Puteranya. Akan tetapi, Yesus seperti tidak ambil pusing. Ia tidak menolak, tetapi juga menganggap bahwa turun tangan Bunda Perawan belum tepat saatnya 'Mau apakah engkau dari padaku, Bunda?, saatKu belum tiba.' Tidak ada percakapan lebih lanjut antara Putera dan Bunda. Tetapi wajarkah ada penundaan jika bunda meminta? Apalagi, adakah saat khusus untuk pernyataan kasih yang tak terbatas? Itulah sebabnya, Maria33 menemui para pelayan dan berkata, 'Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!' Dan airpun menjadi anggur. Demikian jasa Maria berkat doanya Sang Penyelamat mengerjakan 'pertanda' pertama. Maria, yang bersama saudara-saudara Yesus mencariNya Mrk 331-35; Mat 1246-50; Luk 819-21 Kisah ini sering kali digunakan untuk menggambarkan Maria secara negatif. Apalagi dalam Mrk 320-21 dikatakan bahwa kaum keluarga Yesus menganggap Yesus tidak waras. Bahkan dalam Mrk 331-35, Maria ditampilkan seolah-olah ia tidak termasuk dalam keluarga baru Yesus yang didasarkan pada iman. Ini tidak berarti bahwa Maria dikucilkan dari keluarga Yesus yang baru itu, ini terbukti pada saat setelah kenaikan Yesus ke surga, Maria berada bersama-sama saudara-saudara Yesus dan para rasul, berkumpul bersama dan bertekun dengan sehati dalam doa Pendapat lain mengatakan bahwa teks ini tidak bermaksud mendiskreditkan Maria dan saudara-saudaraNya, karena tema utama perikop ini bukanlah tentang kebundaan Maria tetapi tentang pemuridan. Dalam kisah itu Yesus ingin mengajarkan kepada para muridnya bahwa yang terpenting untuk menjadi keluarga Kristus adalah bukan status hubungan darah tetapi Dengan perkataannya ini Yesus menyatakan bahwa semua orang dapat saja menjadi anggota keluargaNya, menjadi anak-anak dari Sang Allah Bapa. Maria, bunda yang dipuji bahagia Luk 1127-28 Seorang perempuan berteriak dari antara orang banyak Berbahagialah ia yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau'. Ungkapan tersebut jelas menunjuk kepada Maria, sebagai bunda Yesus. Namun Yesus tidak menjawab 'Ya' melainkan berkata 'Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya'. Ungkapan Yesus ini bukan mau mengatakan bahwa Maria tidak layak disebut bahagia, melainkan hendak mengatakan bahwa Maria, bukan hanya seorang bunda jasmani bagi Yesus, tetapi juga salah seorang pengikutNya. Maria layak disebut bahagia bukan hanya karena ia adalah bunda kandung Yesus tetapi terlebih karena ia mengikuti Dia. Menurut para Bapa Gereja kebundaan rohani Maria - kerelaannya menyambut Kristus Penyelamat dalam jiwanya dengan iman - lebih penting daripada kebundaan jasmani Maria, bunda yang berdiri di kaki salib Yesus Yoh 1925-27 Maria hadir saat Yesus tergantung di atas salib. Ia berdiri di samping murid yang dikasihi oleh Puteranya. Maria hadir pada puncak penderitaan Yesus. Ia tidak meninggalkan Puteranya yang ditinggalkan oleh banyak pengikutNya. Maria menjadi Bunda yang hadir pada awal dan akhir kehidupan Yesus di dunia. Pada saat yang penting dalam hidupNya itu, Yesus menyerahkan bundaNya kepada murid yang dikasihiNya. Dalam tradisi Katolik, hal ini diartikan Yesus yang memberikan bundaNya sebagai bunda rohani bagi murid-muridNya. Tidak dapat disangsikan tindakan ini merupakan pernyataan keprihatinan khusus dari Sang Putera bagi bundaNya, yang ditinggalkanNya dalam derita yang amat besar. Namun 'Warisan' Yesus yang diberikan dari atas salib ini membuka lebih banyak arti daripada keprihatinan tersebut. Dapat dikatakan bahwa kebundaan Maria terhadap manusia, yang sudah mulai muncul secara samar, kini dengan terang digambarkan dan ditentukan. Kebundaan itu bersumber pada akhir misteri Paska Sang Penyelamat. Maria, yang berada langsung dalam suasana yang melingkupi semua orang, diberikan kepada manusia sebagai bunda bagi setiap orang dan semua orang. BAB III TRADISI GEREJAWI AJARAN GEREJA TENTANG MARIA 38 Dasar dari ajaran Maria Bunda Allah adalah kenyataan bahwa Yesus Kristus adalah Allah Manusia; siapa diri Maria, Sang Bunda Allah tidak dapat dipisahkan dari keAllah-Manusiaan Yesus. Ini berarti untuk memahami siapa diri Maria, Sang Bunda Allah, diperlukan pemahaman yang kuat akan ajaran tentang Yesus Kristus. Oleh sebab itu pembahasan dalam bagian ini diawali dengan pembahasan mengenai ajaran tentang Yesus Kristus dan kemudian berlanjut kepada pembahasan mengenai ajaran tentang Maria. Ajaran tentang Kristus sebagai Dasar Ajaran tentang Maria 'Allah begitu mencintai manusia, sehingga la menyerahkan Putera TunggalNya.' 39 Inti dari pemyataan iman ini adalah pengutusan Putera Allah untuk mengambil bagian dalam sejarah manusia. 'Ketika tiba waktunya, Allah mengutus PuteraNya dilahirkan oleh seorang perempuan'40 demikian kata Paulus. Penjelmaan ini merupakan dasar kekristenan. Sabda yang dari semula bersama Allah dan adalah Allah menjelma menjadi Mulai saat penjelmaan itulah orang yang sebelumnya tidak dapat melihat Allah dapat melihat Allah melalui Putera TunggalNya. Penjelmaan adalah misteri Pribadi Kedua dari Tritunggal Mahakudus, misteri Yesus Kristus sebagai Allah dan manusia, misteri keberadaannya sebagai Allah Manusia. Pengertian 'penjelmaan' menunjuk pada bagaimana Sabda menjadi manusia; dan oleh sebab itu berarti suatu karya di mana Allah mengambil kodrat manusia dalam rahim seorang perempuan, mengangkatnya dan menyatukannya dengan Pribadi ilahi yang kedua. Dalam penjelmaan tersebut dua kodrat yang sangat berbeda, kodrat Allah dan kodrat manusia, Sebagai Putera Allah yang menjadi daging dari daging Maria,43 Yesus Kristus merupakan hasil perpaduan personal dari dua kodrat yang berbeda ini. Perpaduan antara kodrat ilahi dan kodrat insani ini disebut persatuan hipostasis, yang artinya menyatu tetapi tidak bercampur. Yesus Kristus adalah baik Allah dan manusia yang bersatu. Sebagai Allah, la sehakekat dengan Bapa sebelum adanya waktu dan sebagai manusia yang dilahirkan dalam waktu dan sehakekat dengan ibunya. la adalah Allah yang sejati dan juga seorang manusia yang sejati, dengan jiwa yang lasional dan daging la setara dengan Bapa dalam keilahianNya tetapi la lebih rendah daripada Bapa dalam Meskipun la adalah Allah dan manusia, la bukanlah dua tetapi satu. la adalah satu, bukan karena keilahianNya diubah menjadi daging, tetapi karena kemanusiaanNya diilahikan. la adalah satu, bukan karena percampuran antara yang ilahi dan yang manusiawi, tetapi karena la adalah satu Kristus adalah manusia sejati, ia satu ras dengan Adam. la memiliki kodrat kemanusiaan yang lengkap dan nyata, termasuk memiliki tubuh yang nyata sebagaimana manusia pada umumnya. Kodrat kemanusiaanNya lengkap dengan segala potensi dari indera dan sistem tubuh. Selain itu juga Ia memiliki pikiran spiritual dan kehendak manusiawi. Ia dilahirkan sebagai seorang manusia sejati dari seorang ibu manusia. Kodrat kemanusiaan yang lengkap dan sempurna ini bukanlah pribadi yang berbeda dari Pribadi ilahi sebagai Sang Sabda. Kodrat kemanusiaan Yesus adalah kodrat manusiawi dari Pribadi ilahi. Perpaduan ini juga bukanlah percampuran dua kodrat dan bukan pula setengah manusia setengah Allah; melainkan suatu perpaduan yang tidak terpikirkan oleh manusia. Kodrat itu bukanlah suatu pribadi. Sang Sabda mengangkat kodrat manusia, kodrat yang sama dengan kodrat manusia pada umumnya. Pengangkatan kodrat manusia oleh Sang Sabda ini tidak mengakibatkan perubahan pada Sang Sabda. Oleh sebab itu kodrat kemanusiaan Yesus dimiliki dan menjadi milik Pribadi Sang Sabda. Tidak ada perubahan dalam kodrat yang diangkatNya karena kodrat tersebut ada dalam Pribadi Sang Sabda dan bukannya berada dalam kodrat Kekristenan merupakan kabar baik karena didasarkan pada kenyataan historis bahwa Allah mengutus PuteraNya untuk bersatu dengan manusia. Dengan mengambil hakekat yang bukan diriNya dan tanpa kehilangan hakekatNya, suatu keajaiban terjadi di dunia, yaitu Allah Keajaiban ini berarti bahwa Putera Allah yang abadi sekarang menampakkan kemuliaan Allah di hadapan manusia. Dalam Putera yang menjadi daging, manusia melihat Allah yang tidak tampak dan mengalami kasih Allah yang tidak pernah dilihatnya. Para Bapa Gereja Yunani menyebut hal ini sebagai 'perkawinan' Allah dan manusia. Sebagaimana pasangan pengantin, mereka tidak lagi dua melainkan satu daging. Dengan demikian dalam diri Yesus ada misteri 'perkawinan' sempurna antara Allah dan manusia dalam satu pribadi Putera Allah. Perpaduan ini begitu nyata sehingga Yesus memberitahu Filipus yang berharap melihat Bapa Yesus, 'Dengan melihat Aku, engkau melihat Bapa'.49 Dari Ajaran tentang Kristus Menuju ke Ajaran tentang Maria Gereja para rasul dan para martir awali menghayati kepenuhan Kristus ini. 'Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan' demikian kata Pada masa itu mereka tidak perlu mendefinisikan kebenaran iman ini dalam bentuk ajaran karena suara para rasul masih menggema dan otoritas mereka menjamin isi iman tersebut. Namun akhimya muncullah bidaah-bidaah. Kebenaran yang pertama kali dipertanyakan adalah tentang komunikasi diri ilahi apakah Kristus adalah Putera Allah yang sesungguhnya sehingga Allah benar-benar memberikan diriNya kepada manusia? Seandainya ya, apakah la benar-benar mengosongkan diriNya dan mengambil kodrat manusia seutuhnya sebagaimana manusia lain kecuali dalam hal dosa, atau perpaduan antara Putera Allah dengan kodrat manusia terjadi secara tidak langsung dan hanya sebagian sifatnya, sehingga Kristus adalah benar-benar Putera Allah Bapa di surga dan bukan Putera seorang perempuan di bumi? Jawaban yang jelas atas tiga pertanyaan ini muncul setelah bidaah-bidaah ini51 mulai menampakkan pengaruhnya di antara umat beriman. Arius menolak keilahian seutuhnya dari Kristus. Konsili ekumenis yang pertama menegaskan bahwa Kristus adalah 'Allah dari Allah, Allah benar dari Allah benar dan satu dengan Bapa'. Kemudian pada abad keempat, bidaah Apollinaris menolak kemanusiaan seutuhnya dari Kristus. Mereka menjelaskan bagaimana Logos menggantikan posisi jiwa manusia dari tubuh yang diambilNya dari Maria. Gereja secara bulat menolak pandangan ini dan menegaskan kembali kemanusiaan sepenuhnya dari Sang Sabda. Bidaah yang ketiga dimunculkan oleh Nestorius yang tidak mau mengakui bahwa Sang Sabda yang abadi telah menyatu secara personal dengan Konsili ekumenis ketiga di Efesus53 menyatakan bahwa Sang Sabda telah menyatukan diriNya secara hypostasis kath'hypostasiti daging yang dijiwai oleh jiwa rasional, menjadi manusia seutuhnya dan disebut Putera Oleh sebab itu para Bapa Gereja tanpa ragu-ragu menyebut Maria, sang Perawan Suci, sebagai Bunda Manfaat dari ajaran ini terutama tampak setelah satu abad dari saat ditetapkannya. Untuk menghormati Kristus dan untuk menjaga kebenaran ajaran inkarnasi, serta untuk menjaga kebenaran iman tentang kemanusiaan Putera Abadi, konsili Efesus menetapkan Santa Perawan Maria sebagai Bunda Allah56 Gelar ini sebenarnya sudah lama ada dalam tradisi Gereja, tetapi kemudian diangkat kembali oleh konsili. Gelar ini ditetapkan untuk menjaga kebenaran iman akan Yesus Kristus. Gelar tersebut menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah; gelar tersebut juga menampakkan bahwa Yesus adalah Manusia, karena Maria adalah manusia. Gelar tersebut juga menunjukkan perpaduan antara dua realitas yang berbeda, realitas ilahi dan realitas manusiawi, yaitu Allah dan manusia. Sebagaimana Maria ketika hidup di dunia ini memelihara dan menjaga secara personal Putera ilahinya, dengan menyandang gelar 'Bunda Allah' ini ia menjadi penjaga kebenaran akan hakekat Puteranya. Pada saat bidaah-bidaah menyatakan bahwa Puteranya bukanlah Allah atau bukan manusia yang sesungguhnya, atau dalam kasus Nestorius, bahwa Ia tidak sungguh-sungguh menyatu dengan kemanusiaan, Gereja memproklamirkan bahwa Maria adalah Bunda Allah57 Gelar ini dapat menumpas semua bidaah-bidaah yang mempersoalkan kodrat Yesus Kristus. Dalam upaya menolak bidaah-bidaah tersebut, Gereja tidak hanya mengakui dan memperdalam kebenaran akan Kristus, tetapi juga memuliakan bundaNya. Dalam menjawab bidaah-bidaah yang merendahkan Sang Putera, Gereja menghormati bundaNya. Gereja melihat bahwa gambaran akan kebundaan ilahi Maria adalah implikasi nyata dari iman Gereja akan Kristus dan bahwa kebundaan ilahi ini mencerminkan iman akan Kristus. Iman kepada Allah tidak dapat dinyatakan tanpa iman akan Maria sebagai Bunda Allah. Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa kemuliaan Maria bukanlah bagi dirinya sendiri, tetapi bagi Putera ilahinya dan GerejaNya. Oleh sebab itu pada saat pengesahan ajaran Maria Diangkat ke Surga, pada tahun 1950, Paus Pius XII menyatakan 'Keuntungan besar bagi kemanusiaan dari pengesahan ini adalah bahwa Maria akan membawa umat kepada kemuliaan Tritunggal Mahakudus.' Konsekuensi iman akan Maria sebagai Bunda Alla58 Iman akan Maria sebagai Bunda Allah membawa berbagai konsekuensi penting pada iman. mengenai siapa dan apa peran Maria. Maria sebagai Bunda Allah tentunya tidak sama dengan manusia-manusia yang lain, meski ia secara kodrati adalah manusia. Sebagai Bunda Allah, ia tentunya telah dipersiapkan oleh Allah sendiri. Sebagai Bunda Allah konsekuensi pada diri Maria, adalah Maria, Bunda Perawan Penjelmaan tidak terjadi tanpa persiapan. Penjelmaan baru terjadi setelah melalui proses yang panjang. Ada tiga tahap, pertama-tama Allah berbicara kepada leluhur Israel di masa lampau melalui para Nabi dan dengan berbagai cara59 Penjelmaan terjadi setelah pewahyuan Allah kepada Abraham dan keturunannya. Penjelmaan pada diri Yesus Kristus merupakan puncak dari suatu rentetan peristiwa perwujudan kasih Allah kepada manusia, mulai dari Abraham, Ishak dan Yakub pada masa Perjanjian Lama60 Perjanjian antara Allah dan Israel adalah persiapan bagi kedatangan Kristus di dunia. Perjanjian tersebut merupakan bukti kesetiaan janji Allah kepada Israel yang tidak setia memegang janjinya. Ungkapan Hosea pada 111-2, 4 menunjukkan hal ini 'Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anakKu itu'. Meski demikian Allah tidak murka dan menghukum Israel, ' Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bemyala-nyala itu'61 Sebagai Allah dari segala sesuatu, ia berjanji untuk lebih mencintai lagi. Atas tujuan inilah Ia mempersiapkan perwujudan terakhir akan cinta pengampunanNya yang abadi. Meskipun Israel telah melakukan berbagai hal yang menyakitiNya, Ia tetap menunjukkan kasihNya. Ia akan melakukan hal yang bar62 dan menawarkan perjanjian yang baru. 63 Pada kepenuhan waktu, Allah mengutus SabdaNya, Putera TunggalNya, yang kemudian dilahirkan oleh seorang puteri Abraham, Maria dari Nazaret Maria mewakili Israel menjawab 'ya' tanpa syarat atas tawaran Allah. Maria berdiri di hadapan Allah leluhurnya dan berdialog denganNya. Di sinilah terjadi puncak dialog antara Allah dan manusia, suatu bentuk konkrit dialog antara Yahweh dan Israel. Di sinilah Maria berdiri sendiri di hadapan Allah Abraham dan Allah para Nabi. Tidak seperti para leluhurnya yang tidak mampu membina persatuan dengan Allah, Maria mengambil pilihan yang radikal yang ditawarkan oleh Allah dan memutuskan untuk menerima Sang Sabda dalam rahimnya, sehingga Sang Sabda menjadi tulang dari tulangnya dan daging dari dagingnya. Maria mengandung Sang Sabda dan sekaligus tetap Penjelmaan ini benar-benar karya Allah dan tanpa keterlibatan ayah manusiawi. Dengan keadaan Maria yang mengandung dan sekaligus tetap perawan, keputeraan manusiawi ilahi Yesus ditampakkan. Selain itu, hal ini juga menampakkan bahwa Bapalah yang mengutus Dia sebagai bukti kasihNya kepada manusia dan bahwa Maria menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah sebagai wakil dari bangsa Israel dan umat beriman yang menantikan pemenuhan janji Allah. Pemberian diri seutuhnya yang dilakukan oleh Maria merupakan bukti pemberian diri yang tak terbatas dan merupakan jawaban yang diberikan dengan penuh kesadaran atas tawaran kasih Allah yang tak terbatas, yang telah mewahyukan diriNya. Persetujuan Maria untuk menjadi bunda perawan dari Allah Putera menampakkan kebenaran bahwa pengutusan Putera terjadi bukan karena Allah berhutang pada manusia, tetapi suatu pemberian diri cuma-cuma dari Allah, yang nilainya lebih dari segala pemberian lainnya. Yesus adalah Putera Allah dalam kodrat ilahiNya dan kodrat manusiaNya yang diperolehnya dari sang perawan. Hanya ada satu Putera, Putera Bapa menjadi Putera Maria. Tidak ada dua putera yang berbeda dalam diri Yesus. la adalah Putera Allah dan sekaligus Putera Maria Dikandung Tanpa Noda Tujuan kedatangan Yesus adalah untuk mengampuni dosa dan mengembalikan persatuan manusia dengan Sang Pencipta yang telah dihancurkan oleh dosa. Dosa dipandang sebagai suatu bentuk pengasingan dari Allah, dan pengasingan ini membawa bersamanya pengasingan dari sesama dan dari kodrat dirinya sendiri. Pengasingan adalah kurang benamya relasi dengan Allah. Dosa asal adalah penyimpangan dari relasi yang benar dalam pribadi, masyarakat dan sejarah. Kitab Suci Perianjian Baru menggambarkan penyelamatan sebagai upaya berbalik dari pengasingan ini. Yesus Kristus datang, diutus oleh Bapa dan dibimbing oleh Roh Kudus untuk menyatukan kembali manusia dengan Bapa. Dia datang sebagai imam dan domba korban untuk mempersembahkan korban bagi mereka yang berdosa. la wafat dan bangkit kembali. Misteri Paska dimana Kristus yang telah diserahkan karena pelanggaran-pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita66 menyatukan kembali dunia ini kepada Bapa Tuhan Yesus Kristus. Kristus adalah Adam baru dan mereka yang tinggal dalam Kristus adalah adam-adam baru. Bagaimana posisi Maria dalam perspektif ini? Sebagai Bunda dari penebus, apakah ia harus menunggu bagi pemurnian dari dosa? Sebagai bunda dari Ia yang adalah Putera Tercinta Allah, dapatkah ia dikesampingkan dari hubungannya dengan Bapa pada saat Ia memilihnya? Sebagai jalan bagi Putera Allah untuk hadir dan menyelamatkan dunia, apakah ia harus menunggu untuk dimurnikan dari segala dosa?67 Apakah Puteranya tidak menginginkan ia menerima buah dari penebusanNya? Sebagaimana pewahyuan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Domba sebelum penciptaan dunia,68 apakah tidak mungkin upah pengorbananNya diberikan terlebih dahulu kepada bundaNya? Jika orang-orang lain termasuk mereka yang hidup sebelum penjelmaan menerima bukankah tidak aneh jika Maria menerimanya pada awal keberadaannya?69 Tentang tema ini para Bapa Konsili menyatakan Oleh sebab itu, tidak heran, bahwa pada para Bapa Gereja berlaku kebiasaan yang menyebut Bunda Allah seluruhnya suci dan bersih dari segala noda dosa, seolah-olah dibentuk oleh Roh Kudus dan dijadikan makhluk baru. Perawan Nazaret ini dikaruniai cahaya kekudusan yang istimewa sejak saat pertama dikandung, dan mendapat salam 'penuh rahmat' dari Malaikat pembawa kabar, yang datang menjumpainya atas perintah Maria telah dipersiapkan oleh Allah bagi karya keselamatan agung ini semenjak ia dikandung dalam rahim ibunya, saat dilahirkan dan saat ia menjadi manusia seutuhnya. Maria Diangkat Ke Surga 'Jika Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah iman kita',71 demikian diungkapkan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus. Pada saat kebangkitanNya, Sang Penebus mengangkat kodrat manusiawi ke dalam kemuliaan. Ia mengangkat kemanusiaanNya yang diperolehNya dari Maria ke dalam kemuliaan Bapa. KebangkitanNya bukanlah sekedar kebangkitan fisik sebagaimana dialami oleh Lazarus dan puteri Yairus, melainkan suatu transformasi ke dalam hidup kemuliaan. Dalam Allah Manusia yang bangkit, kodrat kemanusiaan manusia diangkat ke dalam kemuliaan. Bagaimana posisi Maria pada puncak karya ilahiNya? Sebagaimana Kristus bangkit dan naik ke surga, apakah ia juga diangkat jiwa dan raganya ke dalam surga? Maria adalah bunda perawan dari Allah, dan sebagai yang dikandung tanpa noda, ia tidak pernah menjadi budak dosa. Dia yang telah diselamatkan semenjak awal keberadaannya dan dia yang merupakan hasil persatuan terdalam dari hidup dan cinta pada Putera ilahinya, apakah tidak layak menerima kepenuhan penebusan pada akhir keberadaannya di dunia? Dapatkah orang mengatakan bahwa di dalam surga jiwa Maria memuji Puteranya, Buah Tubuhnya, tanpa raga yang pernah melahirkan Puteranya? Apakah ada hukum alam atau prinsip-prinsip keadilan ilahi yang melarang cinta Putera yang terbaik pada bundaNya yang terbaik. Tentang tema ini, para Bapa Konsili berkata Akhimya sesudah menyelesaikan jalan kehidupannya yang fana, Perawan Tak Bercela yang senantiasa kebal terhadap semua noda asal, diangkat ke kejayaan surgawi dengan badan dan selanjutnya....................pege 2
Kisahbahwa Yesus bangkit dikuatkan dengan kisah penampakan Yesus. Pertama kali Yesus menampakkan diri kepada Maria dari Magdala, Maria Ibu Yakobus dan Salome (bdk. Mat 28:9-10; Yoh 20:11-18). Merekalah saksi kebangkitan Yesus yang pertama kali. Sesudah itu Yesus menampakkan diri kepada Petrus, kemudian kepada kedua belas murid-Nya (bdk. 1 Kor
Taman Doa "Bunda Maria Segala Suku" di halaman kompleks Seminari Interdiosesan "San Giovanni XXIII" Malang. Laurensius Suryono KARYA keselamatan atas umat manusia berpusat pada Tuhan Yesus Kristus. Karya itu terpenuhi pada saat Dia wafat di kayu salib. Pada saat itu hadir dua tokoh penting, yakni Yohanes, salah satu murid-Nya dan Maria, Ibunda-Nya. Yohanes, pengarang injil mewartakan momen itu kepada kita Yohanes 19 25-27. Kehadiran dua tokoh itu menjadi amat penting, karena dari atas salib Tuhan Yesus menyampaikan dua pesan penting kepada mereka. Pertama, Yesus berkata kepada Ibu-Nya tentang murid itu. âIbu, inilah, anakmu.â Yohanes 19 26. Kedua, Dia berkata tentang ibu-Nya kepada Yohanes, âInilah ibumu.â Yohanes 19 27. Konsekuensi dari sabda itu amat mendalam bagi Gereja. âDan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.â Yohanes 19 27. Kemudian, Tuhan Yesus menyelesaikan karya penebusan-Nya Yohanes 19 28-30. Kisah Para Rasul mencatat bahwa Bunda Maria bersama-sama dengan para rasul dan diterima di antara mereka. Setelah Yesus terangkat ke surga Bunda Maria berada di antara mereka. âDengan sehati mereka semua bertekun dalam doa bersama, dengan beberapa perempuan serta Maria, Ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.â Kisah Rasul 1 14. Berdasarkan sabda dalam Kitab Suci di atas, Gereja mengangkat dan menghormati Bunda Maria sebagai Bunda Gereja. Jadi, posisi dan peranan itu diberikan berdasarkan Sabda Yesus dan tindakan Maria yang menyertai komunitas Gereja awali para murid yang bertekun dalam doa bersama. Karena landasan alkitabiahnya kuat, Gereja mengajarkannya dalam Katekismus Gereja Katolik. âPerawan Maria yang Terberkati itu Bunda Gereja sesuai dengan rahmat yangditerimanya karena Maria sudah melahirkan Yesus, PutEra Allah, Kepala dari TubuhMistik-Nya, yaitu Gereja. Ketika Yesus tergantung di kayu salib, Dia menyerahkanibu-Nya kepada murid-Nya dengan kata-kata ini âInilah ibumuâ Yoh 1927. Bunda Maria diangkat sebagai Bunda Gereja, karena Tuhan Yesus yang memberikannya. Jadi, Bunda Maria itu Bunda, pemberian Tuhan Yesus. Senin, 29 Mei, 2023Peringatan Santa Perawan Maria, Bunda GerejaAlherwanta, O. Carm.
DalamKitab Wahyu, Bunda Maria tampak jelas digambarkan sebagai Ratu Surga: Dia menggunakan Mahkota, melahirkan Raja dari Keturunan Daud, dan berperang melawan Naga (Wahyu 11-12). Mari kita lihat ciri-ciri Kerajaan Daud yang diwariskan kepada Yesus. Luk 1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.
ďťż- Sedikit yang diketahui mengenai riwayat hidup Maria dari Perjanjian Baru. Dia adalah kerabat dari Elizabet, istri dari imam Zakaria anggota golongan imam Abia. Elizabet sendiri seorang keturunan Harun Maria bertempat tinggal di Nazareth di Galilea, kemungkinan bersama dengan kedua orang tuanya, dan sementara itu telah dipertunangkan dengan Yusuf dari Keluarga Daud. Para Apologis Kristen kadang-kadang menduga bahwa Maria, sebagaimana Yusuf, juga adalah seorang keturunan Raja Daud. Selama masa pertunangan mereka â yakni tahap pertama dalam pernikahan Yahudi; selama masa tersebut, pasangan yang dipertunangkan tidak diperbolehkan sama sekali untuk berduaan saja di bawah satu atap, meskipun sudah sah disebut suami isteri â Malaikat Gabriel mewartakan kepadanya bahwa dia akan menjadi ibu dari Mesias yang dijanjikan itu dengan cara mengandungnya melalui Roh Kudus. Ketika Yusuf diberitahukan mengenai kehamilan Maria dalam sebuah mimpi oleh "seorang malaikat Tuhan", dia terkejut; namun malaikat itu berpesan agar Yusuf tidak gentar dan mengambil Maria sebagai isterinya. Yusuf mematuhinya dengan secara resmi melengkapi ritus pernikahan itu. Karena malaikat telah memberitahukan Maria bahwa Elizabet, yang sebelumnya mandul, kini secara ajaib telah mengandung, Maria lalu segera mengunjungi kerabatnya itu, yang tinggal bersama suaminya Zakaria di sebuah kota Yudea "di daerah perbukitan" kemungkinan di Yuttah, bersebelahan dengan Maon, sekitar 160 km dari Nazareth. Begitu Maria tiba dan menyalami Elizabet, Elizabet dengan segera menyatakan Maria sebagai "ibu dari Tuhannya", dan atas pernyataan itu Maria menyanyikan sebuah kidung ungkapan syukur yang umum dikenal sebagai Magnificat. Tiga bulan sesudahnya, tampaknya segera setelah kelahiran Yohanes Pembaptis, Maria pulang ke rumahnya. Ketika kehamilan Maria sendiri makin membesar, tiba sebuah dekret dari kaisar Romawi Augustus yang menitahkan agar Yusuf dan sanak keluarganya pergi ke Betlehem, sekitar 80 atau 90 mil kurang lebih 130 km dari Nazareth, untuk mengikuti sensus. Ketika mereka berada di Betlehem, Maria melahirkan putera sulungnya; namun karena tidak ada tempat bagi mereka di penginapan tempat bernaung yang disediakan bagi orang-orang asing[,
SiapaBunda Maria Suci sejak awal hingga akhir dapat kita ketahui dan telusuri jejaknya dalam Kitab Suci, sejak dari kitab Kejadian sampai dengan kitab Wahyu. Memang, nama Maria ibu Yesus itu sendiri hanya muncul pada bagian awal dari kitab-kitab Injil. Namun seperti juga Yesus, Maria juga tampil dalam berbagai figur-figur tertentu dalam Kitab